rel='shortcut icon'/>
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 September 2022

Hidup ini Lucu

Hidup di dunia sekarang ini terasa lucu. 

Ketika lugas dan tegas, dianggap keras

Ketika lunak, dianggap mudah


Banyak yang ingin mendengar, sesuai apa yang diinginkan

Ingin dekat, namun harus dengan rasa yang sama

Ingin menetap, tapi tak mau menerima perbedaan

mungkin sukma sudah ramai digerogoti oleh gelora mimpi


Kala itu, kalaupun bertaut hati

Tapi dimensi sering kali hanya tentang untung rugi

Seperti cerita, 

Rupiah sering kali jadi kiblat, bukan lagi ka'bah


Hidup di dunia ini semakin lucu, bung!

Bersujud, tapi mulut bicara caci


Minggu, 05 Oktober 2014

Ada yang Berbeda

Ada yang berbeda darimu, Gadis.
Kini sujudmu lebih dalam.
Doamu lebih panjang.
Resahmu lebih mengikat.
Dan
Duniamu berbeda.
Semoga Allah meridhaimu, Gadis.

Minggu, 09 Maret 2014

Menunduk

Aku takut menunduk.
Jadi aku memilih diam saja.
Aku tegaskan saja wajahku.
Biar aksara yang menerka.


Sabtu, 29 September 2012

Ketika Allah Mengajarkan Kita

Allah swt itu punya cara tersendiri.
Bagaimana mengajarkan hamba-Nya tentang kehidupan.
Jikalau orang mengatakan Allah mengajarkan kita dari ujian.
Maka sesungguhnya, ujian itu muncul dari diri kita sendiri.

Kalau dulu kita pernah meminta pada Tuhan.
"Allah, anugrahkan aku sebuah kehidupan yang baik".
Maka Allah memberikan kita posisi di dalam dua kehidupan.
Antara sesuatu yang bersumber dari kebaikan dan keburukan.
Mengapa?
karena Ia ingin kita tidak hanya cukup mendapatkan, tapi juga mengenalnya.

Rabu, 12 September 2012

Tempurung *Part 2

Jari ini menjadi kaku.
Tidak lagi tahu, apa yang seharusnya tertulis.
Rasa ini menjadi hambar.
Tidak lagi kental seperti dulu.

Ingin mendeskripsi apa yang tertera
Setidaknya, ada sebuah kisah yang bisa dinobatkan Tuhan sebagai bukti
Campur aduk, kata mereka.
Ada pepatah Tuhan, Baik-baik

Senin, 30 Juli 2012

Duhai Ramadhan

Duhai Ramadhan.
Ini pertemuanku yang kedua kalinya.
Pertemuan yang memintal sebuah syair pelangi.
Jeda-jedanya kadang kala membuatku tersenyum.
Selebihnya engkau yang tahu.
Maka Ramadhan, Selimuti aku dengan Rahmat milik Tuhan kita.

Duhai Ramadhan.
Masih tetap seperti biasanya.
Kerinduanku padamu tidak pernah tertulis oleh tinta.
Atau seberapa besar kelopak mata ini mengering mengenangmu.
Karena aku tahu, bahwa ada orang lain yang memendam luka yang bernanah untuk bertemu denganmu.
Maka Ramadhan, Baluti aku dengan Berkah darimu.

Sabtu, 30 Juni 2012

Lantas, Siapa yang berhak dipersalahkan?

Lantas, siapa yang berhak dipersalahkan??

Jika ada dua ego yang saling bertentangan.
Jika semua kata saling menuding benar.
jika semua rasa tidak lagi menyatu.

Aku merangkai sebuah lukisan, tukisan itu penuh dengan warna warni.

tapi sayang, kadang dia harus bercampur aduk untuk membuktikan bahwa iya masih satu, masih satu rasa.

Rabu, 14 Desember 2011

Kalau Kata Rindu Padanya Sampai

kalau kata rindu padanya sampai. mungkin ini bisa membuatku lega.
kalau kata rindu ini membuatnya tenang, mungkin air mata ini tidak akan keluar.

rasanya sesak sekali melihat seorang anak yang tidak perduli pada ayahnya.
rasanya sakit sekali, ketika seorang laik-laki tua masih saja mencari rezeki untuk keluarganya.
rasanya ingin berteriak, ketika mereka dengan mudahnya menulis dan berkata-kata indah untuk ayahnya.

kalau saja kata rindu ini sampai.
ayah, adek rindu sama ayah..
tapi entah mengapa, air mata ini saja yang terus mengalir,
ayah, adek rindu ayah..

Selasa, 08 November 2011

Tidak Ada Rindu yang Tersiakan

Tidak ada rindu yang tersiakan
tertanam dan tumbuh
lalu tenggelam dibuai oleh serangkai bunga hancur.

tidak ada rindu yang tersiakan
jika hadir menjadi titipan yang bersembunyi
lalu menari di tengah-tengah hati

dan kini,
adakah rindu yang tersiakan?
ini rindu tentang kehadiran yang tak lagi ada
ini rindu tentang sebuah kaki kanan yang telah tiada
ini rindu yang telah berbeda tempat.
berbeda dimensi
berbeda ruh

masihkah rindu ini tersiakan?
kata mereka, rindu ini akan tersampaikan
jika ada lantunan do'a disetiap sudut rindu

tapi... tetap saja, rindu ini ada
meskipun, tidak ada rindu yang tersiakan.

TM. Malaysia. 23 Oktober 2011
to my father...

Senin, 25 April 2011

dan ketika

ketika dia menangis.
kami lalu dia.
kami lalu menatapnya.
berkata bahwa itulah hidup


Ada Tempurung

ada tempurung yang diam. dia menatap awan yang mulai beranjak gelap dan tertutup langit gelap.
ada tempurung yang diam. dia terpaku, berharap ada setitik hujan yang turun dari sana.
ada tempurung yang diam. dia tersenyum ketika seekor kupu-kupu melewati garis pandangannya.


Selasa, 15 Maret 2011

Antara Dua Kasih-Unic


Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai

Tika kasih melestarikan sayang
Semuanya indah dipandang mata
Pabila rasa benci terbit di hati
Rasa kasih dan sayang pun menyisih

Tanda kasih yang abadi
Dalam senang jua dalam kesempitan
Kasih Ilahi tiada bersempadan
Tak memilih siapa tidak berakhir
Kekal selamanya

Di antara dua kasih
Di maqamnya yang berbeza
Mudah dijumpa namun sukar untuk diperlihara
Lahir dari ketulusan jiwa bersuluhkan iman
Namun nafsu menodainya

Terkadang kasih kita sesama insan
Bisa mengundang keredhan Tuhan
jika insan menghargainya
Dan memuliakannya

Kasih sayang Allah kekal selamanya
Kasih manusia hanya sementara

Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai 

*******
Posting lagu ini karena ada seorang teman yang bertanya tentang maknanya.. ^-^

nah, kalau mau tahu lagunya,  klik disini

Rabu, 09 Maret 2011

pemilik durja

pelagu syair rindu membahana
melenakan pengantin dunia
memperindah tahta agung bersemai permadani

langit cipta pemilik durja
menanam lahan berbuah duka
ada ilalang yang menancap tajam
meminta pulau nestapa dalam pangkuan

tanpa titah dari sang perindu
lantas rinai saja semua pinta
menjelma riang pemilik durja

9 Maret 2011

Sabtu, 05 Maret 2011

Lelaki Luar Biasa Itu Bernama Ayah

lelaki luar biasa itu bernama ayah
ku sebut saja ia pemain dalam sandiwara Tuhan
karena ia memang memainkannya dengan sempurna dan usai
baru beberapa waktu yang lalu

lelaki luar biasa itu bernama ayah
aku memintanya untuk menyediakan sebongkah uang
yang kupakai untuk pendidikanku
iapun menyediakannya dan menberinya padaku
tanpa ku tahu dari mana asalnya

lelaki luar biasa itu bernama ayah
dia memintaku tetap tersenyum
ketika kegagalan membuatku jatuh dan menangisinya
membuatku merasa kecil dan merana
tapi dia memegang tanganku dan berkata
"masih ada hari esok"

lelaki luar biasa itu bernama ayah
aku lelah ayah
dengan rutinitas kampusku
tapi, engkau memintaku menembus jagat mimpimu
dan memotivasiku untuk bergulat dengan mimpi itu
hingga aku menyadari itu, mimpiku juga

tetap saja ku panggil ia lelaki luar biasa, ayah
pernah aku sakit dan terjatuh
lalu engkau membangunkanku dan mengobatiku
menemaniku hingga sadarku tiba.
agar nanti, ketika aku bangun, aku merasa baik-baik saja

ayah itu lelaki luar biasa
ia selalu merindukan aku dan saudaraku
ketika kami pergi dan terlambat untuk pulang
terkadang menelpon dan berkata
"jangan lupa makan, kunci honda"

ya, tapi kini dia selesai dalam sandiwara
dan menitipkanku banyak mimpi
memakuku dengan harapannya
dan mengukirkan sebuah rona wajah bahagianya
di setiap sudut hati

5 Maret 2011

***********************************************************************************

hari ini kakak dan abang wisuda. mereka tampak bahagia meskipun tanpa lelaki luar biasa kami.
ku harap kami masih mampu berdiri dan bertahan hingga nantinya tiba giliran kami yang menggunjunginya dan menyelesaikan tugas sandiwara ini.

Minggu, 13 Februari 2011

Aku Suka Hujan


Hujan....
aku suka hujan.
menyukai tiap tetasan air yang menyentuh tanah, dengan aromanya yang membuatku berhenti sejenak. berdetak dan kadang tak berdaya terlena olehnya.

Aku suka hujan.
Apalagi, ketika aku melihatnya jatuh di atas jemari tanganku dan berbaur dengan lintasan takdirku. merasakan gengamannya di atas suaranya yang merdu. terkadang, aku terbuai dalam dekapannya.

Aku suka hujan.
kadang ia menangis bersama air mataku dan mendengarkan rintihan pedihku. bahkan mungkin, membuatku tertawa dan tersenyum kembali.

Kurasa cukup sudah. jika aku harus mengukirnya lagi dalam benakku. bahkan kadang, membawaku dalam deruhnya.

Aku mendambakannya, hadir dan bersatu dalam nadiku..


# hujan turun, akupun menantinya.. 14 februari 2011

Senin, 06 Desember 2010

Jangan Samakan Ibuku dengan Ibumu

Jangan samakan ibuku dengan ibumu.
Matahari tak hanya hadir satu arah di wajahnya,
Tapi di setiap sudut dimensi kehidupannya.
Pelangi tak terlukis di wajahnya,
Tapi terukir di setiap denyut nadinya.

Jangan samakan ibuku dengan ibumu.
Debaran jantungnya selalu hadir,
Dalam setiap khayal mimpiku.
Topeng yang ia punya tak banyak,
Hanya senyuman dan air mata

Jangan samakan ibuku dengan ibumu.
Biar wajahnya penuh jelaga hitam pekat,
Tapi, itu yang selalu yang aku mimpikan.
Biar peluh membasahi tubuhnya,
Tapi, itu yang selalu inginku peluk.
Biar parfum dapur menghiasi dasternya,
Tapi, itu yang selalu inginku hirup.

Kamis, 18 November 2010

CERITA BINTANG

    Hidupku telah berakhir, saat sang bintang tak ada,
menyinari diriku yang ada disini.
Hari telah menelan bintangku,
Hingga kini bintangku tak kudapat,
 walaupun aku mencari diantara banyaknya bintang yang bertaburan di langit malam.

Ternyata bintangku telah hilang.
Sia-sia ku mencarinya,walaupun jauhku berjalan.
menapaki hari,hingga aku tak pernah tahu,
dimana kau berada

Aku terduduk diam memandangi langit kelam
Aku merasa duniaku sirna tanpa bintang di sisiku
“Kau tak boleh menyerah”. kata awan yang berteduh

Namun hingga hari ini, aku masih duduk berlamun diri.
Tak ada yang dapat membangunkanku dari lamunan ini.

“Lebih baik kau pergi kalau kau tak ingin hidup”.matahari menatap tajam.
Hatiku menciut.
“Lihat aku! meski tersembunyi oleh malam, aku tak pernah menyerah bersinar”.
tatap matahari garang.
                                                                                     
Tak henti aku berfikir, dapatkah aku bertahan hidup?
Tanpa Sang bintang yang selalu menemaniku.

Haripun berjalan, mengukir luka di hati.
“Mengapa kau masih melamun”. Kata matahari yang menyindir.
“Bukankah hidupmu t’lah berakhir! Pergi kau dari sini!” usirnya

Aku memandang diri, mengapa aku begini?
Bukankah aku selalu berusaha ‘tuk bisa, tapi…
 mengapa aku begini?
Mengapa?
Pertanyaan itu terus menghantuiku hingga fajar menyinsing,
aku merenung diri, sampai malam kembali menemui kasihnya.
aku masih bingung, kenapa aku begini?
Padahal…
 aku adalah dia, Bukan?

“Kali inipun kau hadir”. Ujar matahari sinis
mulutku bungkam. Tidak! Bukan ini yang kuinginkan!
Jerit hatiku.
Aku harus berhenti sampai di sini!
Ingatku kembali.

Mencoba merangkai kata, Semoga ucapku benar.
“Tentu saja aku datang”. Jawabku.
“Kenapa?”. Tanya matahari heran.
“Karena aku adalah Bintang yang akan bersinar pula”. Sahutku sigap.


Total Pageviews