rel='shortcut icon'/>

Senin, 30 Juli 2012

Duhai Ramadhan

Duhai Ramadhan.
Ini pertemuanku yang kedua kalinya.
Pertemuan yang memintal sebuah syair pelangi.
Jeda-jedanya kadang kala membuatku tersenyum.
Selebihnya engkau yang tahu.
Maka Ramadhan, Selimuti aku dengan Rahmat milik Tuhan kita.

Duhai Ramadhan.
Masih tetap seperti biasanya.
Kerinduanku padamu tidak pernah tertulis oleh tinta.
Atau seberapa besar kelopak mata ini mengering mengenangmu.
Karena aku tahu, bahwa ada orang lain yang memendam luka yang bernanah untuk bertemu denganmu.
Maka Ramadhan, Baluti aku dengan Berkah darimu.


Ramadhan.
Langit muslim dengan sakit.bernanah, terbakar lalu tak berdaya.
Sedang aku, Ramadhan ini kembali bersujud pada Tuhan kita.
Untuk memiliki kekuatan yang lebih lagi dari biasanya.
Dan Ramadhan, Siramilah kami dengan kemenangan padamu.

Ya Ramadhan.Tempurung tetap saja tempurung.
Tidak banyak yang mengingatnya.
Meskipun ia telah mengubah dunia.
Biarlah, karena tempurung itu hanya sesuatu yang sebentar saja.
Biarlah, tak diakui setiap apa yang ia lakukan.
Setidaknya, jangan biarkan dia menjadi"Seperti kacang lupa pada kulitnya"
Layaknya, manusia melupakannya.
Maka Ramadhan, taburi senyum indah milikmu untuknya.

Ehm...
Duhai Ramadhan.
Angin itu mengusikku.
Lalu, mengajarkanku.
Meskipun, caranya itu membunuhku.tapi, tak apa Ramadhan...
Dua tahun ini menjadi ada cerita lain yang tidak pernah akan aku lupakan tentang kebersamaan kita.
Maka Ramadhan, Tetaplah merangkulku tapi biarkan aku berlari dengan senyum bertemu nantinya.

Ramadhan...
Titip salam rindu untuk ayah dari kami semua.
Titip juga semangat Ramadhan untuk abang.

10 Ramadhan 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews