Autis atau autisme merupakan gangguan perkembangan yang meliputi aspek komunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi, dan sensorik atau penginderaan. Penyandang autisme tampak seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Seseorang digolongkan menderita autis apabila telah didiagnosis melalui proses pemeriksaan para ahli yang dilakukan secara saksama berkaitan dengan gangguan yang dialami.
Dapat dimengerti betapa orangtua serta-merta merasa dunia telah berakhir manakala anak tercintanya didiagnosis sebagai penyandang autisme. Kepercayaan yang melekat pada sebagian kalangan bahwa penderita autis tidak dapat menempuh pendidikan secara reguler semakin menambah porsi perasaan kalut, sedih, dan stres.
Dahulu, autisme dianggap sebagai kelainan seumur hidup yang tak dapat disembuhkan. Saat ini para ahli telah berhasil menyusun tatalaksana terapi autis hingga mencapai kondisi yang hampir-hampir tidak tersisa lagi gejala-gejala autisme.
CIRI – CIRI AUTISME
Gejala-gejala yang tampak pada anak autis berkaitan dengan gangguan perkembangannya. Dalam komunikasi, anak autis mengalami keterlambatan bicara. Ia sulit sekali memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain, bahkan tidak memahami pembicaraan di sekitarnya. Anak autis sering "membeo", mengulang-ulang sebuah kata, serta suka meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti.
Gangguan interaksi memperlihatkan anak autis yang kurang responsif terhadap isyarat sosial. Ia tidak mau menatap mata orang lain, tidak menengok apabila namanya dipanggil, tidak mau bermain dengan teman sebaya, senang menyendiri, tidak mampu menunjukkan perasaannya, tidak spontan, juga tidak mampu berempati.
Anak autis mengalami gangguan perilaku dengan indikasi tampak asyik dengan dunianya sendiri, acuh tak acuh pada lingkungan, berlaku semaunya sendiri karena tidak suka diatur. Ciri lain, perilakunya terarah, seperti berlari-lari tak kenal lelah, berputar-putar, atau berteriak-teriak. Anak autis juga agresif, suka menyakiti diri sendiri, mengamuk yang tak jelas, melamun, sering kali terpukau pada benda yang berputar, lekat dengan benda tertentu dan tak mau melepaskannya.
Ekspresi dari gangguan emosi menampilkan anak autis tiba-tiba tertawa, menangis, atau marah-marah tanpa sebab. Sering merasa sangat ketakutan yang tidak wajar. Emosinya tidak terkendali. Dan sebagai tampilan dari gangguan pada persepsi sensorik, anak autis suka menjilat-jilat atau mencium-cium benda tertentu, menutup telinga ketika mendengar suara dengan nada khusus, namun ia dapat menahan rasa sakit secara fisik.
PENYEMBUHAN AUTISME
Terapi untuk anak autis merupakan perpaduan antara terapi perilaku, medik, nutrisi atau diet, wicara, fisik dan edukasi. Penelitian menemukan anak autis harus melakukan diet khusus karena ternyata penyandang autisme alergi terhadap beberapa jenis bahan makanan, di antaranya tepung-tepungan (mengandung gluten) dan susu hewani.
KESUKARAN BELAJAR
Kesulitan yang dialami anak-anak autism tentunya memberikan pengaruh pada pola pembelajaran mereka. Dimana ketidakmampuan komunikasi, pengaturan sensorik dan motorik serta ketidakstabilan emosi. Semua hal tersebut memberikan kontribusi akan kesulitan yang akan dihadapi oleh anak-anak autis sehingga dibutuhkan pendidikan khusus yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan tertentu yang mereka miliki.
Seorang anak autism tentunya membutuhkan seorang guru yang memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup mengenai anak-anak tersebut serta memiliki pribadi yang sesuai untuk menghadapinya.
Pribadi guru yang diharapkan adalah seseorang yang memiliki kesabaran dan pengertian terhadap anak tersebut. Tanpa adanya rasa sabar yang cukup baik, maka akan sulit untuk bisa membangun hubungan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar