(Tanjung Malim,
Malaysia) Siapa yang tidak mengenal timphan? Jika kita memang
seseorang yang tinggal dan besar di Aceh. Makanan yang merupakan salah satu
jenis kue ini terbuat dari tepung gandum yang kemudian di campur dengan pisang
atau rebusan labu dan santan ini. Lalu, diberikan campuran telur dan gula, yang
disebut dengan ‘asokaya’. Tentunya, makanan
ini telah menjadi kue ciri khas dari Aceh.
Makanan timphan yang disajikan |
Kampus
saya, Universiti Pendidikan Sultan Idris
(UPSI) beberapa waktu yang lalu baru saja menyelenggarakan kegiatan yang
bertujuan memperkenalkan negara-negara yang mahasiswanya berada di UPSI. Setiap
negara dimintakan untuk memperkenalkan makanan dari daerahnya. Oleh sebab itu,
acara tersebut dikenal dengan kegiatan “Internasional
Food Fiesta” yang diadakan 28 November lalu. Negara-negara yang dihadirkan
dalam acara tersebut, antara lain: Nigeria dengan makanannya waina, yang terbuat dari campuran telur
dan tepung gandum, Turki dengan makanannya kurdon
kebab, Kurdistan dengan makanannya iprakh
yang terbuat dari nasi yang dibaluti daun anggur, Amerika dengan makanannya brownies
dan beberapa negara lainnya seperti China, Brunei Darussalam, Thailand,
serta Indonesia.
Saat
acara itu, Timphan menjadi pilihan dari kami semua sebagai makanan yang kami
tawaran dalam memperkenalkan Indonesia, khususnya Aceh. Mengapa? Sebab kami
berpikir, inilah kesempatan yang bisa kami tawaran kepada dunia luas tentang
keanekaragaman indonesia, salah satunya sebuah negeri islami yang berada di
paling ujung sumatra, Aceh. Tidak hanya itu, kami juga memperkenalkan Rujak Aceh yang tentu saja, benar-benar seperti rujak Aceh sebenarnya.
Tidak seperti kebanyakan rujak yang ada di Malaysia atau daerah lain.
Hal
yang menarik tentunya untuk saya sharing dengan pembaca adalah ketika saya dan
teman-teman mempersiapakan semua kebutuhan untuk acara itu. Di pagi hari buta,
seorang teman saya, Ida Fitria-mahasiswa magister sains psikologi harus
berusaha pergi ke pasar pagi untuk membeli semua kebutuhan buah yang diperlukan
untuk kedua jenis makanan itu. Tidak hanya itu, dia dan beberapa orang teman
lainnya harus pergi pinggiran sungai untuk mencari daun pisang yang akan
digunakan untuk timphan.
Namun,
semangat kami tidak hanya sampai di situ, dimalam harinya kami juga bersemangat
untuk membuat timphan dan rujak
bersama-sama dengan bantuan dari seorang ibu dari Aceh, hingga akhirnya kedua
makanan tersebut berhasil dihidangkan dalam acara Internasional Food
Fiesta.
Hal
menarik lainnya adalah ketika semua dihidangkan apik dengan menggunakan tumpo
dan beberapa hiasan dari sayur mayur lainnya. Lalu, senang rasanya ketika
mendengar komentar-komentar dari mereka yang bukan dari Aceh ketika merasakan timphan tersebut. Salah seorang teman kami yang berasal dari
Kurdistan berkomentar
“Nice food and it’s really sweet, the taste
is good” ujarnya sambil melebarkan kedua kelopak matanya. Lalu, mereka yang
merasa dari negeri jiran juga tidak ketinggalan ketika merasakan makanan
tersebut, beberapa hari mereka juga berkomentar bahwa inilah pertama sekali
mereka merasakan makanan khas Aceh yang unik sekaligus berbeda dengan makanan
mereka, seperti rujak.
Ya, itulah beberapa komentar dari
teman-teman yang berasal dari luar negeri yang kami kenal tentang bagaimana timphan dan rujak. Hal lainnya yang
menarik adalah, adanya komentar dari salah satu dosen di UPSI dari Indonesia
tentang makanan tersebut, meskipun beliau adalah orang Indonesia namun belum
pernah sekalipun merasakan timphan.
Hingga akhirnya, acara tersebut selesai dan semua timphan yang berjumlah 170
potong tersebut ludes dilahap oleh semua peserta.
***
Alhamdulillah sudah terbit. Terimakasih sudah mendukung. :)
***
Alhamdulillah sudah terbit. Terimakasih sudah mendukung. :)
Asyik timphan semakin di kenal, semoga kuliner dan masakan Aceh lainnya terus berkembang di negara-negara tetangga :)
BalasHapusAmin.
BalasHapusterima kasih sudah berkunjung aulia. :)
Timphan adalah makan fenomenal dan favorit di Aceh :)
BalasHapusjangan lupa main ke blog saya Kak ya http://negeridalamaksara.blogspot.com/
Yaps, setuju sekali.
BalasHapusThanks udah datang. :)
Tahniah KK Siti Tulisannya Masuk artikel pilihan di Aceh Blogger.. :)
BalasHapusNyoe lahawa lon kalinyoe Cut Kak..... Kapayah tanggong jaweub droe neuh...
BalasHapusAneuk Cipuga : Wah, alhamdulillah. baru tahu juga. makasih atas infonya. :)
BalasHapusZoloyankey : Hehe.. Menyoe hawa, insyaAllah keude kupi na sedia. :)
Disinoe hana cut kak.... Oi cut kak, nyoe blog lon. Http://bangzabar.blogspot.com ngen http://inspirasibangzabar.blogspot.com
Hapussip. insyaAllah lon kunjung-kunjung. kiban cara ta follow?
Hapussalam kenal..
BalasHapusartikelnya bermanfaat dan bisa menambah wawasan.
mantap.
kunjungi kami balik di wisata kuliner di sumatra barat
terima kasih
sala kenal juga. terimakasihsudah mengunjungi. :)
Hapus