rel='shortcut icon'/>

Jumat, 13 April 2012

Tidur dan Berbicara dalam Tidur


Tidur adalah keadaan istirahat alami pada manusia, selain itu juga terjadi pada manusia. Tidur merupakan hal yang penting dalam kesehatan. ketika seseorang sedang tidur, tanda-tanda kehidupan seperti kesadaran, impuls, dan frekuensi pernapasan mengalami perubahan.  saat kita berada dalam tidur normal biasanya fungsi saraf motor dan sensori untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan sistem saraf pusat akan diblokade, sehingga pada saat tidur cenderung tidak bergerak dan daya tanggap pun berkurang

Fase peralihan dari sadar ke tidur disebut sebagai pradormitium dan fase peralihan dari tidur kembali ke sadar disebut sebagai postdormitium. Didalam ilmu kedokteran ilmu yang mempelajari gangguan tidur disebut sebagai somnologie.

Orang dulu bilang, mengigau ketika tidur ialah refleksi kehidupan tersembunyi. Mitos itu kadang hingga sekarang masih dianggap benar. Kita mungkin masih saja menyaksikan pasangan atau anggota keluarga yang berbicara sendiri ketika tidur. Biasa disebut juga mengigau, sebuah aktivitas vokalisasi ketika tertidur, dapat berupa kata-kata atau bunyi-bunyian saja.


Orang yang mengalami pada umumnya tidak sadar apa yang diucapkan, tidak ingat apa yang dikatakan ketika tertidur pulas. Anehnya, beberapa orang yang mengalaminya mengaku mengalami kelelahan ketika terbangun dari tidurnya.

Dalam dunia medis, mengigau ketika tidur disebut dengan parasomnia. Selain berbicara ketika tidur, yang termasuk parasomnia yakni berjalan sambil tidur dan mengompol saat tidur.

Dari seluruh populasi manusia di dunia diperkirakan 60 persennya pernah mengalami parasomnia. “Sebagian besar orang di muka bumi ini pernah mengigau namun tak ada yang tahu apa sebabnya,” jelas Russell Rosenberg PhD, direktur National Sleep Foundation Atlanta.

Untuk kasus berbicara saat tidur terdapat beberapa variasi, bisa dibedakan berdasarkan frekuensi dan intensitasnya.

Faktor penyebab yang paling sering dituding yakni konsumsi alkohol menjelang tidur. Faktor lainnya karena demam tinggi, stres jiwa, dan efek dari obat-obatan tertentu.

Walau efek alkohol sebagai pemicu parasomnia, Rosenberg mengingatkan apa yang terucap ketika tertidur itu bukanlah refleksi dari apa yang dialaminya ketika sadar. “Sebuah mitos yang mengatakan bahwa rahasia seseorang akan terungkap bila ia mengigau, itu tidak benar sama sekali. Apa yang terucap tidak ada hubungan dengan hidup yang dijalaninya,” papar Rosenberg.

Dalam garis besarnya, tidur manusia itu terbagi dalam dua tipe, yakni REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Untuk tipe tidur REM bukanlah tidur yang pulas. Ini disebabkan ada pergerakan bola mata yang cepat dibelakang kelopak mata.

Walau begitu, tidur tipe REM disertai pula dengan gerakan-gerakan anggota tubuh seperti tangan dan kaki. Saat tidur jenis ini, gerakan-gerakan di luar kendali kesadaran. Dengan kata lain, tubuh istirahat namun otak tetap bekerja seperti biasa. Mimpi dan igauan biasanya muncul ketika tertidur dalam tipe ini.

Di tipe yang lain, tidur jenis NREM, orang ini tertidur dengan pulas. Pada tidur tipe NREM, tubuh dan pikiran benar-benar istirahat. Tipe ini pun terbagi dalam dua kategori, yaitu NREM Light Sleep dan NREM Deep Sleep. Tidur terbaik bagi manusia yakni NREM Deep Sleep.(Psikologi-Zone)

2 komentar:

  1. hahhaa... ini apa ini, wkwkwkwkw

    yg jelas saya bukan pecandu alkohol :P

    BalasHapus
  2. ahahaha,,, siti juga gak bilang kok, itu kan kata penelitian. siti jg pernah tidur sambil jalan. kalau bicara dah lewat, terlalu sering..:P

    BalasHapus

Total Pageviews