rel='shortcut icon'/>

Rabu, 27 Januari 2016

Menjadi Orangtua

Saya memulai tulisan ini dengan beberapa kali edit dan edit lagi. Saya bingung dan takut untuk bisa memulainya. Rasa takut akan menggurui dan menjadi tempat 'curhat' membuat saya menjadi ragu dalam menulisnya. 

Sekarang saya di sini. Saya memilih satu sudut di kampus psikologi sambil menuliskan tulisan ini. Saya suka sudut ini. Sepi, tidak banyak orang yang berlalu-lalang dan ada taman kecil yang tidak hijau disampingnya. Lebih tenang dan damai. 


Menjadi Orangtua

Jujur saya tidak terlalu paham bagaimana menjadi orangtua. Bagaimana menjadi orang tua yang baik dan membuat anak menjadi sahabat dan bisa membuat anak menjadi bahagia. Hanya saja, saya cukup bisa merasa bahwa ayah dan bunda memberikan saya waktu yang berharga dan membuat saya menjadi seseorang yang menghargai tentang setiap rasa yang saya miliki. Sakit, senang, cemburu, bahagia, sedih, terharu, ataupun kecewa dan marah.

Hal yang saya tahu bahwa bunda saya pernah menari dan bernyanyi di depan saya tanpa rasa segan, pernah mengingatkan saya jika saya salah. Bahkan bunda pernah memeluk saya ketika saya sedih dan kecewa. Satu hal yang selalu tidak pernah ia luput lakukan adalah mendoakan saya dan saudara kandung saya di setiap waktu sepertiga malamnya. 

Ayah saya adalah laki-laki yang pernah dan selalu memotivasi saya untuk terus belajar. Ia adalah laki-laki yang rela sebagian gajinya setiap bulan untuk membelikan buku untuk saya dan menemani saya membeli buku. Apapun buku itu. Ayah juga yang selalu bersedia untuk membelikan apapun ketika saya butuh, dan ia juga yang sering memegang kepala saya ketika saya kecewa atau bersedih. Ah, saya ingin di-puk-puk ayah. hehe

Entahlah, saya hanya mungkin mengulang dan men-copy cara ayah dan ibu saya lakukan lalu menjadikannya satu paket buku pelajaran yang akan saya bacakan pada anak saya nantinya. 

Namun ketika saya menjadi salah satu mahasiswa psikologi, ada  banyak hal yang membuat saya akhirnya menemukan bahwa beberapa hal lainnya yang juga mungkin saya lakukan untuk anak saya di masa depan. Meskipun saya tahu, hasilnya adalah ia menjadi klien anak pertama saya yang akan saya terapkan ilmu psikologi yang saya miliki dan saya juga tidak dapat memberikan jaminan apapun bahwa nanti akhirnya ia akan menjadi seseorang yang sempurna. 

Menjadi Ibu

Ada hal yang menarik ketika kemarin saya menghadiri sebuah kajian. Banyak hal yang sebelumnya saya
tidak pikirkan menjadi hal yang perlu untuk saya persiapkan. Bagaimana menjadi seorang wanita yang siap untuk hamil dengan segala macam resikonya dan melahirkannya. Serta juga bagaimana menjadi seorang ibu yang merawat seorang bayi mungil yang memandikannya saja memerlukan kesabaran dan kehati-hatian. belum lagi tentang kemampuan untuk memberikan kenyamanan kepada anak ketika memberikan ASI dan juga tentang bagaimana memahami tentang menangani najis dari anak. Ditambah lagi tentang memahami tentang perkembangan anak dimana depan dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan. 
(ternyata banyak ya PR nya.. (^.^"))

Hal yang mudah untuk dipelajari, namun mungkin sulit untuk dipraktekkan. 

Sekian. Salam menjadi peran selanjutnya..  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews