rel='shortcut icon'/>

Kamis, 27 Desember 2012

Mengagumi Kisah Cintanya : Tidak Akan Ada Lagi Sosok yang akan Sama Dengannya

Ketika Cinta Habibie dan Ainun Mempesona Bumi

Sejak beberapa hari yang lalu, home facebook ini telah dipenuhi oleh banyak postingan. Mulai dari postingan tentang Palestina yang tetap harus menegakkan hak atas tanahnya hingga postingan tentang cinta yang aku sebut saya dengan percintaan monyet ala anak SMA.

Hal yang menarik perhatianku salah satunya adalah postingan tentang adanya pemutaran Film Habibie dan Ainun yang sekarang telah beredar di bioskop di seluruh Indonesia.

Menarik, ujarku dalam hati. Langsung saja aku menge-klink salah satu link youtube itu dan menonton trailer dari film ini.

Sejenak aku terdiam dan menatap kaku setelah menonton film itu, lalu aku sedikit berfikir kapan aku bisa bertemu dengan sosok itu? *lagi. Laki-laki yang bernama Habibie.

Menurutku, Bapak Habibie itu adalah sosok yang sederhana, selayaknya yang tergambarkan dalam film itu. Sederhana dalam hidup, Sederhana dalam berbicara dan sederhana dalam mencintai. Laki-laki itu mencintai wanita itu hanya sesaat, lalu tak lama setelah itu menikahinya dan mencintainya sepanjang hidupnya.

Hal lain yang aku dapatkan dalam home facebook-ku adalah salah satu postingan foto Bapak Habibie bersama istrinya yang dimulai dari foto pernikahan mereka, foto mereka ketika bapak habibie menjadi presiden, foto bapak habibie ketika istrinya sakit, hingga foto Bapak Habibie di tanah kubur menciumi tanda nama istrinya. Lalu... Aku diam dan kosong. Tanpa berfikir apa-apa dan menutup facebook itu dan bergegas mengerjakan tugas kampusku yang semakin bertumpuk.

Setelah hari itu berlalu, aku kembali membuka facebookku. Dan lagi, sekarang sebuah puisi BJ Habibie untuk istrinya yang diposting oleh Darwis Tere Lliye. lagi dan lagi, aku speechless. Namun, tak lama setelah itu, ada air mata yang menganak di peluput mata dan sebuah senyum terulas. Ada sebuah suara hati yang berbisik. Ah.. rasa-rasanya.. aku pernah menemukan kisah cinta seperti ini, sebelumnya..

Sebab, Dia Itu Pemilik Tulang Rusukku.

Sore itu, masih dengan teriknya matahari bersenandung, ku rasa matahari itu sedang bahagia sedang makhluk bumi sendiri masih tetap dengan aktivitasnya. Hari itu aku duduk dengan sosok wanita itu, membiarkan diriku dan dirinya melepas sejenak letih dan lelah berkubang dengan kampus dan sekolah. Wanita itu menatap burung-burung yang berwarna-warni itu, aku dan wanita itu menyebutnya Lovebird.

Beberapa saat yang lalu, sepupuku telah melangsungkan pernikahannya dan entah bagaimana akhirnya aku bertanya pada wanita itu tentang pertemuannya dengan laki-laki itu. Laki-laki yang sekarang sudah pergi untuk selamanya. 

"Aku bertemu dengan laki-laki itu di sebuah rumah kost di depan rumahnya. Tak lama setelah itu, dia meminangku dan melamarku. Akhirnya kami tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari rumah nenekmu. Rumah itu awalnya baik-baik saja.. hingga akhirnya, aku sadar tidak cukup laki-laki itu yang mencari sesuap nasi untuk kita. Saat itu, sudah ada abang dan kakakmu di sampingku. Awalnya, sulit untuknya memberikan izin untuk aku bekerja, menjadi seorang guru. Namun akhirnya laki-laki itu memberikan izin dan kehidupan kita menjadi lebih baik."

Ya, wanita itu adalah bunda, ibuku.."Pernikahan itu, gak ada yang betol-betol indah. kayak cerita dongeng atau khayalan adek. Adek tahu, ada waktunya hidup yang susah itu  buat marah itu jadi raja, ada waktunya juga, waktu air mata itu harus tumpah karena egois dari satu orang. Tapi, itulah pernikahan. Untuk saling mengenal, menjaga dan saling mencintai."

Aku terdiam dan menatap wajahnya, ada raut kesepian di sanadan kesedihan. Tapi, tidak aku dapati air mata di wajahnya yang jatuh karena bercerita tentang itu. Perlahan-lahan aku mendekati tubuh ke wanita itu, yang aku selalu sebut bunda.

"Apa bunda cinta sama ayah?"

Bunda diam dan menopangkan wajahnya dengan tangan kanannya yang bagian sikunya dibiarkan terkena oleh pahanya. Tiba-tiba air mata itu mengalir dan mata itu menjadi memerah.  

"Hantom na lee ureng agam yang lagee ayah... yang mau bantu bunda dalam keadaan apapun, waktu ayah sakit, ayah masih mau bantu bunda dan tetap antar jemput kalian. Waktu di rumah gak ada makanan, ayah juga masih mau untuk cari ikan di kolam, padahal ayah baru aja pulang dari kantor siang tu".

Tiba-tiba, aku terkenang masa itu. Ketika hanya sebuah kereta honda kami naiki ber-5. Aku selalu yang di depan dan selalu mengeluh tentang ketidakmampuanku untuk duduk di kursi kereta itu. Pagi, Siang dan Malam, Ayah selalu saja mau memberikan apa yang kami minta.Kulirik wajah itu dan kini air mata itu masih mengalir. Aku diam dan mengelus pundaknya meskipu aku rasa, tidak akan ada artinya tindakanku itu. Sebab wanita itu lebih tahu kondisinya saat ini."

Bunda, Gak akan pernah lagi dapat laki-laki seperti ayah dan bunda juga bersyukur karena jadi bagian tulang rusuk ayah. Bunda bersyukur, Allah kasih Ayah ma Bunda..", Lalu, percakapan itupun berhenti di situ.


Cinta itu Tentang Setia

Siang itu, rumah menjadi gempar dan tiba-tiba ada sesosok laki-laki yang dikeluarkan dari rumah dengan terburu-buru oleh penghuninya. Laki-laki itu adalah imam pemilik rumah itu dan akhirnya harus terbaring di ruangan ICU di salah satu rumah sakit ternama di Aceh. Tubuhnya saat itu terlentang dan sesekali berguncang, karena batuk akibat lendir di tenggorokan yang terus bersarang. Wanita itu datang dengan tergesa-gesa dan mendekati tubuh itu dan menciumi keningnya dan menatap wajah itu, seketika itu pula wanita itu terus membacakan la ilaha illallah muhammadur rasulullah di telinga lelaki itu dan lelaki itu mengikutinya sesekali. Yang kuliat saat itu, air mata terus saja mengalir dari pipi wanita itu, sedang aku hanya bisa bersandar di dinding bersama adek kecilku yang mulai ketakutan ketika melihat kondisi laki-laki itu. Tak lama kemudian, terdengar kata-kata..

"Ayah, Pemeuah dosa-dosa bunda beuh...", seru wanita itu seketika dan laki-laki itupun mengangguk dengan tegas. Hingga akhirnya, Allah masih memperpanjang waktu wanita itu dengan laki-laki itu di sebuah ruangan ICCU di rumah sakit lainnya.

Aku ingat, setiap harinya tidak sedetikpun wanita itu meninggalkan rumah sakit dan terus saja di rumah sakit dengan laki-laki itu. Duduk di sisi kanannya dan membacakan al-quran setiap saat. Sesekali, aku yang menggantikannya atau mungkin kakak dan abang serta adik kecilku yang membacakan juga. Wanita itu selalu saja di situ dan tertidur juga di lantai rumah sakit itu. Tidak pernah sekalipun meninggalkan rumah sakit tersebut, sebab-sebab ia takut ada hal yang ia tidak tahu akan terjadi.

Saat Lafadz 'La iIaha Illallah Muhammadur Rasulullah'  Kembali Terdengar 

Ini hari saat Izrail datang. Hamba yang milik Allah yang paling setia dan tidak pernah membangkang perintahnya. Hari inilah, laki-laki itu perlahan-lahan membeku dan dingin sekujur badannya. Ketika itu wanita itu masih berada di sisi laki-laki itu dan terus saja membacakan lafadz itu, sesekali membacakan Allahu akbar, begitu juga denganku dan saudara-saudaraku.

Perlahan-Lahan kami membacakan lafadz itu di telingan kiri dan kanannya, kami takut, kalau-kalau laki-laki itu tidak mengucapkannya. hingga akhirnya kami mendengarkan lafadz itu muncul dari bibirnya. Sesekali tubuhnya tersentak dan perlahan-lahan mendingin, mulai dari ujung kakinya hingga ke tangan, lalu sekujur tubuhnya. Saat itu, aku menyentuh tubuhnya. "innalillahi wa innailaihi raji'un", ujar dokter tersebut, sambil melepaskan satu bersatu alat-alat yang ada. Lalu, saat itu, wanita itu tidak menangis dan membacakan sebuah doa untuk laki-laki tersebut dan mengaminkannya.  


2 Tahun Sudah Berlalu

Sudah sejak pagi tadi aku menghubungi wanita itu, tapi terus saja handphonenya mati. Yang aku tahu, saat ini dia sedang mengawas di sekolahnya karena anak-anak sekolahnya sedang ujian. Lalu, di malam harinya barulah aku bisa menelpon wanita itu sambil membiarkan diri menatap bintang-bintang di langit. "

Bunda, Selamat hari bunda" Ujarku sambil malu-malu. Lalu, wanita itu menjawab,

"Alhamdulillah, makasih adek.. ", lalu aku melanjutkan doaku untuknya. 

"Semoga Allah panjangkan umur bunda, sehat selalu, mudah rezeki, dimudahkan urusannya, dan selalu sayang adek, haha.. ", lalu, setiap katanya selalu diaminkan oleh wanita itu. Lalu, pembicaraan lainnyapun bergulir diantara kami. dan pada akhirnya, wanita itu berkata

"Jangan lupa doain ayah selalu ya.. "


Sebab Cinta itu Suci

Mereka yang mencintai itu selalu saja hilang arah. Sebab cinta itu membuatmu terlena. Terbuai. Mengeliat dan tenggelam dalam detak-detak syahdu.

Mereka yang mencintai itu sebenarnya sederhana. Saling menjaga dan setia dan menyimpan semuanya pada Pemilik cinta yang sebenarnya.

Ya.. mungkin hanya ini tulisan dariku, sebab aku pikir aku sudah telah duluan mendengarkan cerita cinta seperti itu sebelumnya. Lalu, aku pikir tidak perlu mengagumkan kisah cinta itu terlalu berlebihan, hanya perlu mengambil hikmahnya saja.

Sebab lainnya, Aku juga sudah menuliskan sebuah kisah cinta tentang dua makhluk Allah yang terjadi di depan mataku.Namun, jauh sebelum itu, ada juga kisah cinta tentang manusia yang dimuliakan Allah swt. yaitu Nabi Muhammad saw dan Khadijah ra yang tidak akan pernah lekang sepanjang zaman.


Keep writing, everything happened in our life is from Allah. ^_^

23/12/2012 

*ditengah-tengah kakunya tubuh karena skripsi yang menjerit untuk di edit lagi.

2 komentar:

  1. ya ayyatuhannafsul mutmainnah... irji'i ila rabbiki radhiatan mardiah... fadkhuli fi 'ibadi wadkhuli jannati.

    such a beautiful love story :')

    BalasHapus
  2. amin ya Allah..

    Thanks carina. :)

    BalasHapus

Total Pageviews