Aku selalu kebingungan. Ketika teman-temanku memintaku untuk menuliskan sebuah puisi tentang kecintaanku pada Tuhaku, Allah dan kekasihnya, Rasulullah.
Kenapa??
Jujur, aku bingung. Bukan karena aku tidak bisa. Tapi karena aku tidak mampu melukiskan kata-kata yang tepat untuk tulisan itu, lagi.
Kalau aku katakan, kecintaan pada Allah seluas lautan. ternyata cintaku sebatas itu, sedangkan rahmat dan karunia Allah swt bahkan tidak pernah mampu untuk di tulis.
kalau aku menuliskan, aku merindukan pertemuan dengan rasulullah. Apa aku sudah pantas bertemu dengannya? laki-laki yang selalu saja tersenyum simpul pada siapa saja. bahkan kepada seseorang yang selalu berkata kasar, memaki bahkan menghinanya.
Ia tetap tersenyum.
Kala hati ini ingin berlari.
merengkuh secercah cahaya milik Kekasih Tuhannya.
Kala derai keheningan malam mulai merayu pelagu syair rindu
Mata hati tidak lagi dapat menerka.
Kenapa??
Jujur, aku bingung. Bukan karena aku tidak bisa. Tapi karena aku tidak mampu melukiskan kata-kata yang tepat untuk tulisan itu, lagi.
Kalau aku katakan, kecintaan pada Allah seluas lautan. ternyata cintaku sebatas itu, sedangkan rahmat dan karunia Allah swt bahkan tidak pernah mampu untuk di tulis.
kalau aku menuliskan, aku merindukan pertemuan dengan rasulullah. Apa aku sudah pantas bertemu dengannya? laki-laki yang selalu saja tersenyum simpul pada siapa saja. bahkan kepada seseorang yang selalu berkata kasar, memaki bahkan menghinanya.
Ia tetap tersenyum.
Kala hati ini ingin berlari.
merengkuh secercah cahaya milik Kekasih Tuhannya.
Kala derai keheningan malam mulai merayu pelagu syair rindu
Mata hati tidak lagi dapat menerka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar