rel='shortcut icon'/>

Kamis, 30 Oktober 2025

Menuai Kebaikan

 Tidak perlu menjadi benar-benar baik, baru kemudian berbuat kebaikan. 

Selama ini saya sering berpikir bahwa kebaikan yang baik adalah dengan berbuat baik kapanpun dengna keikhlasan, menanti bahwa kebaikan ini akan memberikan manfaat kepada orang lain. itu terjadi semenjak banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. 

Dulunya, saya selalu berupaya untuk bisa memberikan kebaikan kepada orang lain, membantu dengan tanpa berpikir, memberi dengan tanpa pamrih, dan berbagi tanpa curiga. Namun semuanya perlahan-lahan tersisihkan, semenjak banyak hal yang kemudian berubah dalam hidup saya. 

Senin, 13 Oktober 2025

Mengapa Harus Menulis?

 Selalu tidak mudah untuk memulai menulis kembali. Waktu sering kali menjadi dilema bagi saya. Karena banyak peran yang harus dilakoni dalam pentas dunia ini. Benar kata dosen saya dulu, hidup ini selalu akan meminta kita untuk memakai topeng. Peran yang terikat. Alur ceritanya sudah pasti. 

Kamis, 29 September 2022

Hidup ini Lucu

Hidup di dunia sekarang ini terasa lucu. 

Ketika lugas dan tegas, dianggap keras

Ketika lunak, dianggap mudah


Banyak yang ingin mendengar, sesuai apa yang diinginkan

Ingin dekat, namun harus dengan rasa yang sama

Ingin menetap, tapi tak mau menerima perbedaan

mungkin sukma sudah ramai digerogoti oleh gelora mimpi


Kala itu, kalaupun bertaut hati

Tapi dimensi sering kali hanya tentang untung rugi

Seperti cerita, 

Rupiah sering kali jadi kiblat, bukan lagi ka'bah


Hidup di dunia ini semakin lucu, bung!

Bersujud, tapi mulut bicara caci


Kamis, 27 Januari 2022

Menuai Rasa 1

 Selamat pagi! 

Sudah sejak lama saya tiidak menulis kembali. entah kenapa, atau mungkin karena sedang gaduh, saya kembali mengetik-ngetik di sini. Banyak hal yang membuat saya sejenak meredap diri dengan aktifitas harian yang sekarang saya geluti. ada kalanya bahkan saya lebih sering menarik nafas panjang dan sejenak terdiam pada tingkah laku orang-orang di sekitar. 

Berprofesi menjadi psikolog klinis memang menjadi cita-cita saya sejak dulu, SMA. ketika pertama kali saya membaca buku KEVIN, Torey Hayden dan terdiam. Seketika itu saya ingin menjadi seseorang mampu menyelami dan mendampingi hidup mereka yang terjebak dengan masa lalu. Proses itu tidak mudah, namun saya sering kali mencoba untuk menyakinkan diri maupun orang tua, bahwa itu pilihan saya dan saya mampu berada di sana. 

Bagi orang tua saya, kemampuan saya dalam bidang MIPA jauh lebih unggul daripada kemampuan saya 'menari' dengan manusia. Saya paham akan proses yang panjang tentang keinginan itu, tetapi entah darimana kekuatan itu saya dapatkan, meskipun terkadang bergelut dengan emosi diri sendiri juga membuat saya merasa lelah. 

Seorang dosen di kampus UGM psikologi pernah berkata pada saya, "sebelum kamu melakukan terapi, kamu perlu untuk memiliki energi yang cukup untuk dirimu sendiri dan orang lain". Setelah itu, rasanya sering kali energi itu menjadi sebuah kebutuhan yang harus saya penuhi dulu untuk sendiri, sebelum saya melakukan pada orang lain. Waktupun membuat saya semakin banyak belajar, mencari energi yang baik untuk diri saya sendiri, sebelum saya berikan pada orang lain. Dan saat ini, saya pun semakin sensitif dalam bermain bersama energi. Kadang kala hanya sebentar bersama seseorang membuat saya menjadi terkulai lemah ataupun mungkin lebih bertenaga. 

Senin, 28 Januari 2019

Hadiah Tanpa Nama

   Sore tadi saya bersama seorang teman memutuskan untuk duduk sejenak sambil meminum air kelapa. Kami memilih duduk di pinggir jalan sambil menikmati hiruk pikuk orang yang kembali pulang ke rumah, atau bercengkraman dengan keluarganya. Beberapa saya melihat ada raut wajah yang bahagia, lelah dan gelisah. Wajah yang menunjukkan berbagai macam emosi.  Emosi yang muncul dari setiap cerita hari ini tentang hidup mereka masing-masing. 


Total Pageviews