rel='shortcut icon'/>

Senin, 13 Oktober 2025

Mengapa Harus Menulis?

 Selalu tidak mudah untuk memulai menulis kembali. Waktu sering kali menjadi dilema bagi saya. Karena banyak peran yang harus dilakoni dalam pentas dunia ini. Benar kata dosen saya dulu, hidup ini selalu akan meminta kita untuk memakai topeng. Peran yang terikat. Alur ceritanya sudah pasti. 


Jadi Ibu, buat saya bukan perkara yang mudah menjadi ibu. memutuskan mata rantai tentang bagaimana pola asuh keluarga saya yang menanamkan banyak nilai dan ruang-ruang batasan yang mungkin saat ini perlu untuk saya dobrak. Belum lagi berhadapan dengan dua putri kecil titip Allah, yang masyaAllah kadang melihat mereka menjadi bahagia dan tidak pernah menyangka akan memiliki mereka, namun terkadang harus bertarung dengan ego diri sendiri bahkan debat dengan suami. Proses yang panjang, namun selalu ada huruf yang di bold, yaitu TIDAK BOLEH DIULANGI LAGI, SITI!

Istri, saya rasa saya sudah sejak 2017 menikah dan menjadi istri. Banyak cerita yang sudah terlewati membersamai dia. Bukan perkara mudah, namun menguat. Bagi saya menikah membuat saya menjadi banyak belajar dan membutuhkan juga. terikat tapi bebas, mengakar tapi meluas. Saya menjadi lebih banyak kesempatan untuk berkembang, didukung dan dibimbing. Namun saya selalu merasa masih banyak kekurangan yang saya miliki. lagi-lagi, Ego! dan gaya komunikasi saya yang mungkin masih terbatah-batah dalam membahasakan yang membumi. 

Saya tahu ada peran lainnya seperti menjadi psikolog bukanlah hal yang mudah juga. Menjadi psikolog bukan berarti saya tidak memiliki masalah, bahkan mungkin masalah jauh lebih menggunung bagi saya, namun satu yang selalu saya ingat. Bahkan menjadi jujur bagi diri sendiri jauh lebih penting dari apapun di hidup saya, termasuk menerima bahwa kadang kala ada masalah yang hanya perlu memastikan bagaimana emosi saya hari ini?.....

Dosen. Peran baru yang masih saya goresi di tanah basah atau kering kah? memulai kembali mimpi yang pernah saya kubur dan dikuatkan kembali oleh orang-orang terbaik. Belum bisa saya pastikan bagaimana nantinya. yang saya lakukan sekarang adalah menanam banyak bibit saja di tanah itu, sesekali saya lihat, apakah dia sudah menjadi kecambah? sesekali juga saya coba mencari air untuk memastikan dia tidak terlalu kering. setidaknya saya hanya perlu berjalan sesuai dengan doa-doa orang baik dan para perempuan dan anak yang pernah saya peluk di saat resah dan takutnya mereka. namun selalu saja ada energi yang saya cukupkan bagi mereka yang membutuhkan hadir.

Dan yang terakhir, Diri Sendiri. belum bisa saya pastikan, sejauh mana saya pernah menjadi diri sendiri ini.. Saya merindukan sesi itu....

menikmati shalat dhuha itu dan tidak dikejar-kejar oleh dunia. 

menikmati suara deburan pantai di sejenak sore. 

menikmati setiap waktu istirahat malam dengan menulis.

menikmati doa-doa panjang dalam shalat. 

dan al ma'surat itu yang disenandungkan. 

Semoga Allah selalu menjaga kita, agar setiap langkah kita dibantu oleh-Nya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews