rel='shortcut icon'/>

Senin, 28 Januari 2019

Hadiah Tanpa Nama

   Sore tadi saya bersama seorang teman memutuskan untuk duduk sejenak sambil meminum air kelapa. Kami memilih duduk di pinggir jalan sambil menikmati hiruk pikuk orang yang kembali pulang ke rumah, atau bercengkraman dengan keluarganya. Beberapa saya melihat ada raut wajah yang bahagia, lelah dan gelisah. Wajah yang menunjukkan berbagai macam emosi.  Emosi yang muncul dari setiap cerita hari ini tentang hidup mereka masing-masing. 


  Sama halnya dengan mereka, sayapun dengan teman memutuskan untuk saling berbagi cerita tentang berbagai hal. Teman saya memilih untuk tetap berada pada passion-nya dari pada harus bekerja pagi hingga sore, meskipun tahu dirinya harus berdamai dengan berbagai hal. Sayapun tidak ketinggalan untuk bercerita tentang rasa kecewa dan bagaimana proses saya akhirnya bisa menerima semua hal terjadi belakangan ini. Sayup-sayup terdengar suara orang mengaji dari mesjid. waktu menunjukkan magrib akan segera datang. Sesekali saya melihat beberapa orang yang mampir untuk membeli air kelapa dan dibawa pulang bersama.

Setelah selesai minum, kamipun hendak membayar air kelapa tersebut, namun pemilik mengatakan bahwa air kelapa kami sudah dibayar oleh seorang bapak-bapak yang menggunakan peci dan sarung. kamipun terdiam sambil berfikir keras, apakah ada seseorang yang mampir tadi? namun akhirnya kami berdua hanya menggelengkan kepala.

Dalam hidup saya, ini adalah pertama kalinya ada yang membayar makanan saya tanpa saya kenali. bahwa bayangan wajahnay saja saya tidak ingat. Buat saya menjadi suatu hal yang baru. Jarang saya temukan ada orang yang mau memberi kepada orang lain yang tidak meminta-minta. Namun hal ini membuat saya menjadi paham bahwa kadang kebaikan itu tidak perlu diketahui oleh banyak orang dan orang lain. Seperti istilah yang muncul;
       "Tangan kanan memberi, tangan kiri yang bersenbunyi". 

Perumpamaan tersebut mengajak kita untuk bisa lebih baik dalam beradab pada pasir. .



2 komentar:

Total Pageviews