rel='shortcut icon'/>

Rabu, 15 Februari 2012

Aku dan Penjual Kaos Kaki

Tulisan ini saya bagi sebagai sebuah pengganti tulisan sebelumnya yang saya hapus. hehe... cuma ingin share tentang pengalaman saja, semoga bermamfaat. ^-^

Awal Ketibaan di Aceh

Alkisah, Suatu hari, aku memutuskan untuk pulang ke tanah Rencong, setelah sekian lama aku meninggalkannya selama 6 bulan. Mungkin, bagi sebagian orang bukanlah hal yang terlampau lama untuk seorang perantau, tapi bagiku itu sudah seperti 6 tahun di negeri orang.

Nah, ceritanya aku pulang ke aceh selama lebih kurang 3 minggu disana. Awalnya aku pikir aku akan menghabiskan waktu di aceh dengan menggilai semua buku psikologi. Melahapnya hingga mungkin perutku mual dan kepalaku sakit. itu karena aku ingin menyelesaikan skripsiku di Aceh. Tapi sayang, amat disayangkan. Aku malah menghabiskan waktuku untuk berleha-leha dan istirahat total di rumah selama seminggu, karena sakit.
*ckckck... turut berduka cita, :(


Lalu, hingga akhirnya aku sampailah di saat-saat kepulangan kembali ke Malaysia. Sebenarnya aku merasa sangat malas kembali ke sana karena kemungkinan besar aku tidak akan lagi bisa pulang ke Aceh selama 1 tahun dan juga tidak mungkin lagi untuk melihat laut. Sedih rasanya membayangkan masa tersebut. Tapi itulah yang harus aku jalani sebagai sebuah proses untuk menjadi 'orang', kata mereka yang ada di sekelilingku.

Pencarian TPKKM (Tempat Penjualan Kaos Kaki Murah)

Sebut saja waktu itu, aku mengunjungi rumah sepupuku yang kini telah menikah dan memiliki 2 orang anak, seorang putri dan seorang lainnya, putra. Saat itu aku mengeluhkan padanya tentang ketersediaan kaus kaki yang ada di Malaysia, terutama di daerah Perak tempat aku tinggal sementara. Di sana, kaos kaki yang dijual memang bermacam-macam dan memiliki berbagai corak, tapi kaus kaki yang dijual tipis. Lantas saja, kaos kaki tersebut akan memperlihatkan kulit si pemiliknya. Jadi, aku berencana untuk membeli kaus kaki di Aceh.

Sepupuku tiba-tiba saja berujar, bahwa temannya telah membeli kaos kaki dengan harga sepuluh ribu mendapatkan tiga, alias Rp.10.000,-/3 pasang. Lalu, tiba-tiba saja aku begitu bersemangat dan menanyakan tempat tersebut dimana. Aku berharap bisa mendapatkan hal yang sama pula.

Saat Bertemu dengan Penjual Kaos Kaki

Akhirnya, aku menemukan lokasi yang dikatakan oleh sepupuku. Pinggir jalan. Langsung saja aku meminta kakakku untuk berhenti dan akupun segera menuju lokasi tersebut dan terjadilah pembicarakan antar aku dengan penjual kaos kaki.

Aku : bang, kaos kakinya berapa? (sambil memegang kaos kaki)

Penjual : dua, dua blas ribe, dua belas ribu. (berkata-kata dengan ragu-ragu, dan logat kental bahasa aceh)
Kaos kaki yang mau aku beli. ^-^

Aku : hah? mahal kali kok bang?! kurangin lah bang.. (sambil menaikkan alis dan memicingkan mata karena heran sama penjualnya kok melotot gitu liatnya)

Penjual : oh mahal ya?! jadi, kalo kamu mintanya berapa?

Aku : Ya.. mana saya tahu, kan tergantung kaos kakinya gimana. (bingung)

Penjual : coba bilang dulu! kamu maunya berapa? berapa buah ambelnya?!

Tiba-tiba aku bertambah bingung dan heran. jujur saja, dalam hati tiba-tiba terbersit,  

jualan kok sewot, pada lari entar pembelinya.

Aku : Hm... 10000 ribu 3 boleh, bang? (sambil pegang kaos kaki dan bicara dengan ragu)

Tiba-tiba penjual itu diam dan...

Penjual : hei dek!! kamu, kamu, kamu... kalo beli kaos kaki yang kamu pake tu biasanya berapa? ada, ada, ada segitu? kalo ada yang harganya segitu, coba kamu bawa ke saya!!

Aku : (terdiam sesaat karena syok dengan marahnya sang penjual) hehe.. y udahlah bang, gak jadinya. makasih.. (ngacir melarikan diri)

Akupun bergegas melarikan diri ke tempat kakakku yang sedang menunggu di kereta dan memintannya untuk segera pergi. aku takut sang penjual tersebut akan kembali meneriakiku, seperti para penjual di Kuala Lumpur di suatu daerah.

Pelajaran yang Dipetik dari Kaos Kaki. ^-^

Kaos kaki yang aku temuin
di om google ^-^

Setelah kejadian tersebut terjadi, aku tiba-tiba tidak bisa melupakan abang jualan kaos kaki tersebut. Bukan karena sejauh mana keindahan rupa wajahnya, atau karena bahasanya yang gagap. Tapi lebih karena matanya yang melihatku tanpa berkedip sedikitmu. Dia mempelototiku.

Selain itu, hal yang bisa aku petik dari kejadian tersebut adalah :

Jangan pernah langsung percaya dengan kata-kata orang lain, tanpa berusaha untuk mengecek terlebih dahulu. Sekalipun itu yang menyampaikannya adalah orang terdekatmu. ^-^


Selain itu,

Kalau mau membeli sesuatu barang, coba liat dulu siapa yang jualan. Jangan sampai kamu dipelototi oleh orang yang jualan. Syukur-syukur kalau dimurahin barangnya, kalau enggak, bayangkan sendiri. hehe

Sekian ceritanya, moga bermanfaat. ^-^




tampilan kaos kaki yang aku pakai,
 waktu ketemu abang penjual :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews