rel='shortcut icon'/>

Sabtu, 30 April 2016

Monolog Hati (1) : Kita dan Masa Lalu

Dia. 

Gadis itu cantik. Matanya bulat dan terkadang pipinya menjadi merah merona. Hari itu dia menangis di depanku hingga dapat kurasakan air matanya membasahi kerudungku. Ku dengar sesekali dia memukul-mukul dadanya dengan kepalan tangan kirinya.  Kerudungnya yang panjang telah lama basah oleh air matanya. 

"Rasa sesak sekali, mbak.. aku ingin menjadi anak yang shalehah, tapi kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian itu"


Keluarga. 
Tidak ada satupun orang yang ingin memiliki keluarga yang hancur atau penuh ketidakpercayaan. 
Semua orang ingin bahagia. 
Ingin memintal benang yang sama dan menjadi satu padu. 
Namun.. 
Nyatanya adalah kita tidak akan pernah punya kesempatan untuk memilih. 
Terlahir dan besar dari keluarga yang mana. 

Begitu juga dengan gadis itu. dia hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan menjadi bagian keluarga yang bahagia. Namun, perngalaman masa lalunya itu membuat dirinya menjadi tidak berdaya dan tidak dapat melangkah untuk bisa mempercayai orang lain. 

Pertemuan kami sederhana. Hanya sapaan dan pembicaraan yang singkat. Namun entah bagaimana aku bisa merasakan ada rasa yang berbeda di sini dengannya.


Aku.
Setelah gadis itu bercerita, aku menyadari bahwa sendiri sebenarnya juga memiliki masa lalu yang sama. Aku juga memiliki pengalaman ketika keluarga menjadi tidak sesempurna yang aku bayangkan. Kecewa dan perasaan menyesal kadang juga muncul. Tapi ternyata Allah lebih tahu, bahwa sebenarnya aku mampu dan bisa memahami hal tersebut. 

Kita dan Masa Lalu.
Pertemuan kita singkat. aku dan dia. Kadang hanya ditemani oleh sebotol air mineral dan sepotong roti. Pertemuan yang hanya membutuhkan beberapa kali pertemuan. Namun, baik diriku maupun dirinya menemukan sesuatu yang berbeda di antara kami.

Kita menyadari bahwa adakalanya sebuah ikatan itu tidak akan benar-benar menjadi indah, jika hanya dipintal oleh satu warna saja. Perlu adanya beberapa warna lainnya untuk menjadikannya lebih menarik.

Kita juga menyadari bahwa sebenarnya ada hal lain yang perlu dipahami. Bahwa hidup adalah  menerima. Menerima kekurangan. Menerima kepergian dan menerima diri sendiri. 

--------
Pada akhirnya, akupun menyadari bahwa sebenarnya saat ini aku telah menerima. 
Namun.. akupun masih berusaha untuk melihat sisi lain yang masih berisikan 'Masa Lalu'


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews