rel='shortcut icon'/>

Senin, 24 November 2014

Filosofi Pintu Hati

Ini adalah hari yang menarik.

Sejak mulai bekerja di salah satu kantor swasta,  aku merasa hari libur menjadi begitu berharga. membagi hari libur untuk rumah, keluarga dan sedikit waktu untuk 'menanam mimpi' bersama teman dan sahabat. Layaknya yang terjadi pada hari ini. Pagi tadi aku memutuskan untuk mengajak seorang sahabat 'baru' menemaniku ke pesta pernikahan teman. Sahabat 'baru', ya! seorang gadis yang beberapa bulan belakangan di tahun 2013 aku kenal dan entah kenapa kami bisa menjadi dekat dan akupun selalu leluasa untuk berbicara banyak hal dengannya.

Berawal dari pesta seorang teman. lalu mesjid Koperma Darussalam, dan  berakhir di salah satu ayunan taman bermain di Universitas Syiah Kuala. Kamipun tiba-tiba memulai membicarakan tentang jodoh dan pernikahan dalam versi kami.



Hati
 Saya tidak terlalu pintar membicarakan tentang 'hati'. Beberapa teman yang mengenal saya dari masa kuliah, malah lebih sering menggangap saya aneh dan membingungkan, karena diusia ini saya terkadang acuh tak acuh, ketika mereka memulai pembicaraan tentang jodoh, pernikahan dan cinta. Bahkan dulu ketika saya kuliah di Malaysia, sering sekali kakak-kakak yang sekamar dengan sengajanya merecoki saya tentang hal itu. Alhasil, terkadang saya memilih untuk berlalu dan tidur.


Hati yang Diketuk
Masih di ayunan tua yang berbunyi itu, Saya memulai pembicaraan tentang hati yang diketuk...

Bagi Saya, Setiap hati memiliki pintu yang tidak semua orang diizinkan masuk dan memiliki ruang-ruang tersendiri. Banyak yang datang dan mengetuk pintu itu, tapi hanya beberapa yang masuk dan hanya sedikit yang akhirnya singgah. Bahkan lebih sedikit lagi, yang akhirnya tetap bertahan di'hati' yang dimasuki tersebut.

Adalah hati. Ketika pintu tersebut diketuk, pemiliknya mungkin terlalu sibuk dengan dengan aktivitasnya, menghiasi hati dan mempelajari hal-hal yang baru, sehingga karena terlalu lelah untuk menunggu dibuka pintu, akhirnya pengunjungnyapun pergi.

Di waktu yang lainnya, pintu itu berbunyi lagi hingga beberapa kali. akhirnya pemiliknyapun membukanya.Namun lagi ternyata, perngunjungnya memilih untuk terakhir kali mengetuk dan berlalu.

Hati dan Kunci

Kadang kala hati, layaknya seperti pintu yang memiliknya saja yang memiliki kunci dan seorang pengunjung yang katanya 'pemilik tulang rusuk atau tulang rusuknya'. barulah nantidia datang, tanpa diundang, dan tanpa dimintai kehadirannya. lalu dia menetap untuk selamanya.

Pembicaraan kami tidak hanya sampai di situ, pertemua terakhir kami mengatakan, ketika kita tidak begitu perduli dengan semua hal yang berbau cinta, rasa, dan pernikahan. sang pemilik kunci dengan santainya datang dan mengejutkan. Karena dia pada akhirnya mungkin mampu membuka gembok besi yang kita bangun setelah sekian lama.

Semoga menemukan kunci atau gembok yang sebenarnya di dalam hati.
Sampai jumpa. :)


Thanks untuk Fitri dan Ira

2 komentar:

Total Pageviews