rel='shortcut icon'/>

Kamis, 31 Maret 2011

Regulasi Diri

      Pengertian Regulasi Diri
Menurut Pieget unsur yang paling penting dalam perkembangan pemikiran seorang anak adalah mekanisme internal yang disebut dengan ekuilibrium. Ini merupakan self regulasi, yaitu unsur pengaturan dalam diri seseorang berhadapan dengan rangsangan atau rangsangan dari luar. Berhadapan dengan lingkungan luar, seseorang mengalami ketidakseimbangan (Desekuilibrium) dalam dirinya. Sehingga individu akan berusaha membuat keseimbangan (Ekuilibrasi) dengan lingkungannya. Ekuilibrasi ini sering juga disebut motivasi dasar seseorang yang memungkinkannya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Untuk mengembangkan pengetahuan anak maka seorang anak harus mengembangkan self-regulasi untuk mencapai ekuilibrasi dalam proses pemikirannya.
Regulasi diri adalah suatu sistem dari pribadi sadar seseorang. Misalkan seorang dokter dapat saja memberikan obat pada seorang pasien, dan memberikan nasihat-nasihat yang harus ia lakukan dalam proses penyembuhan. Oleh karena itu, pasien dengan bebas memonitor perilakunya dan mengevaluasi perilaku apa saja yang dapat memberikan pengaruh pada kesehatannya.
Self regulasi menurut Bandura adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut. Menurut Bandura seseorang dapat mengatur sebahagian dari pola tingkah laku dirinya sendiri.
Secara umum self regulated adalah tugas seseorang untuk mengubah respon- respon, seperti mengendalikan impuls perilaku (dorongan perilaku), menahan hasrat, mengontrol pikiran dan mengubah emosi (Kowalski, 2000).
Maka dengan kata lain, regulasi diri adalah suatu kemampuan yang dimili oleh individu dalam mengontrol, dan memanipulasi sebuah perilaku dengan menggunakan kemampuan pikirannya sehingga individu dapat bereaksi terhadap lingkungannya.
Individu bereaksi terhadap lingkungannya terjadi secara reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang akan memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif.  
Ada tiga proses yang digunakan dalam pengaturan diri, yaitu: memanipulasi factor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkah laku internal

 Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:
a.    Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor pribadi juga turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai prestasi diri.
b.    Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.


Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal:
1.    Observasi diri (self observation): Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya. Yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.
2.    Proses penilaian (judgmental process): Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa dengan membandingkannya kepada standar acuan. Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi menyempurnakan performa.
3.    Reaksi diri (self response): Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.
Pembelajaran Regulasi Diri
Pembelajaran regulasi diri merupakan suatu konsep yang memunculkan bahwa kita dapat memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan akademisi (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menulis, berhitung atau mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol marah, berhubungan akrab).
Seseorang dalam melakukan regulasi diri memiliki karakteristik, antara lain:
·         Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi belajar.
·         Menyadari keadaan emosi dan punya strategi untuk mengelola emosi merka dan para siswa.
·         Secara periodik memonitor kemajuan menuju tujuannya.
·         Mengevaluasi halangan yang mungkin akan terjadi dan melakukan adaptasi jika diperlukan.
Penelitian menemukan bahwa murid yang berprestasi tinggi sering kali merupakan pelajar yang juga mampu belajar mengatur diri mereka sendiri. Dibandingkan dengan murid yang berprestasi rendah, merka yang berprestasi tinggi lebih mampu membuat tujuan yang spesifik, mengutamakan strategi belajar yang efektif, memonitor sendiri proses belajar mereka dan mampu melakukan evalusi secara sistematis.
Guru, tutor, mentor, konselor, dan oranr tu merukan orang yang mampu ikut berperan serta dalam membangun regulasi diri pada anak. Anak belajar membangun regulasi diri dari proses sosialisasi yang didapatkannya. Proses sosialisasi ini sendiri di dapatkan mulai terjalin sejak awal kelahiran. Melalui sosialisasi ini anak belajar adanya standar perilaku, sikap, keterampilan dan motif-motif yang sebisa mungkin tepat dan dapat berperan dalam masyarakat.
Proses sosialisasi sejak bayi ini, menjadi lebih disadari dan sistematis seiring dengan bertambahnya kemampuan anak, berupa keterampilan motorik dan penggunaan bahasa. Pelukan dan pujian yang mereka dapatkan ketika mereka melakukan sebuah keterampilan baru atau larangan saat melakukan sesuatu merupakan sontoh sosialisasi yang secara sistematis mempengaruhi anak. Nilai, kepercayaan, keterampilan, sikap dan motif yang disosialisasikan oleh orang tua dan dinetralisasikan oleh anak akan menjadi dasar perilakunya dalam kehidupan.
Sehingga dapat kita artikan bahwa self regulasi diri dalam proses pembelajaran berbicara tentang kemampuan anak dalam mengatur perilakunya sendiri tanpa adanya peringatan dan pengawasan dari orang tua dan guru. Dengan adanya regulasi diri ini, anka mengetahui dan memahami perilaku yang seperti apa yang dapat diterima oleh orang tua dan lingkungannya.
Barry Zimmerman, Sebastian Bonner, dan Robert Kovach (1996) mengembangkan model untuk mengubah murid yang enggan mengatur diri menjadi murid yang mau melakukan hal-hal, antara lain:



 Perkembang regulasi diri dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya adalah modeling and self efficacy. Keterampilan yang dapat dicontohkan oleh model adalah perencanaan dan pengelolaan waktu secara efektif, memperhatikan dan konsentrasi, mengorganisasikan dan menyimpan informasi secara strategis, membantu lingkungan belajar dan menggunakan sumber daya sosial. Misal, murid mungkin mengamati bagaimana seorang guru melakukan strategi manajemen waktu yang efektif serta menejelaskan prinsip yang tepat. Sehingga murid akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama dengan modelnya serta mampu dalam melakukannya. Hal ini akan menimbulkan self-efficacy dalm murid dalam dirinya.
Self – efficacy dapat mempengaruhi murid dalam memilikh tugas, usahanya, ketekunannya, dan prestasinya dibandingkan dengan murid yang meragukan kemampuan belajarnya.
Ketika guru mendorong murid untuk menjadi pelajar yang mau menata diri sendiri maka saat itu pula guru telah menyampaikan bahwa murid harus mampu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, menjadi lebih terpelajar, dan bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat. Pesan lain dari proses regulasi diri adalah bahw apembelajaran merupakan pengalaman personal yang memerlukan partisipasi aktif dan ketekunan murid.

Selasa, 15 Maret 2011

Antara Dua Kasih-Unic


Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai

Tika kasih melestarikan sayang
Semuanya indah dipandang mata
Pabila rasa benci terbit di hati
Rasa kasih dan sayang pun menyisih

Tanda kasih yang abadi
Dalam senang jua dalam kesempitan
Kasih Ilahi tiada bersempadan
Tak memilih siapa tidak berakhir
Kekal selamanya

Di antara dua kasih
Di maqamnya yang berbeza
Mudah dijumpa namun sukar untuk diperlihara
Lahir dari ketulusan jiwa bersuluhkan iman
Namun nafsu menodainya

Terkadang kasih kita sesama insan
Bisa mengundang keredhan Tuhan
jika insan menghargainya
Dan memuliakannya

Kasih sayang Allah kekal selamanya
Kasih manusia hanya sementara

Deru ombak pecah berderai
Mengulang pantai datang dan pergi
Begitu kasih insan diibaratkan
Bagai ombak merubah pantai 

*******
Posting lagu ini karena ada seorang teman yang bertanya tentang maknanya.. ^-^

nah, kalau mau tahu lagunya,  klik disini

Sabtu, 12 Maret 2011

Berjalan

Tidak mudah untuk tetap kuat dan berjalan, jika setiap jejak selalu saja bersembunyi sebuah cerita masa lalu.

pelangi itu indah, apalagi terlihat diantara sinaran matahari pagi berbias air di pucuk tetesan air hujan.

berharap saja, agar tidak ada air hujan yang berlebih dan mengalir dalam deretan sandiwara.
ada pula matahari, dia bersinar dengan sendirinya. adapula bulan yang mencuri diri dari matahari.
tidak mudah berdiri dalam kegelapan dan tidak kuat juga harus berada selalu dalam terangnya cahaya. hanya butuh sedikit usaha dan sejuta tekat yang kuat untuk bertahan.
 ******************************************************************************* 
ayo siti!! semangat!! jangan bersedih! jangan menangis lagi!! Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya. jika kita berprasangkan baik, maka baiklah segala sesuatu.
lupakan semuanya dan buat sejuta prestasi dalam hidupku. buat ayah dan bunda bahagia memiliki anak sepertimu! tak usah peduli tentang perasaan sedih yang tiba-tiba muncul itu, ketika malam tiba. ia ada, tapi tak akan lama.
karena, adakalanya rasa kesedihan itu dibagi dan kebahagiaan itu disimpan.
SEMANGAT!!!!
SEMANGAT!!!!

Kepedulian dan Kesalahanku

Ini malam ke 20 sejak ayah meninggalkan kami dengan banyak cerita di rumah ini. aku masih mengingat ketika setiap harinya, aku selalu saja mengomelinya karena sepatu olah raganya yang selalu ia masukkan ke dalam rumah dan asap rokoknya yang mulai mengganggu di tengah-tengah kami. malam inipun kami kembali mengaji yasin untuk ayah dan kiriman 'kulhu' setiap hari.

tapi bukan itu yang ingin aku bagikan. meskipun belakangan ini bunda sakit dengan darah tingginya yang semakin naik turun. mulai dari berobat bekam hingga ruqiyah dalam proses penyembuhannya. semoga Allah menyembuhkanya dan melihat kami semua tumbuh dewasa dengan tugas-tugasnya.. amin..

saat ini, aku ingin bercerita tentang lanjutan dari kejadian tersebut. jujur, begitu banyak orang yang peduli tentang kejadian tersebut. alhamdulillah jika mereka benar-benar mendoakan ayah dan kami. semoga Allah mengabulkannya...
aku ingin bercerita tentang beberapa orang temanku. sebut saja namanya si A. sejak ayah sakit, ia tiba-tiba muncul dan memberikan semangatan padaku. tentang kekuatan dan ketabahan. Alhamdulillah, aku bersyukur memiliki teman yang seperti itu. hanya saja, aku kadang bertanya-tanya di dalam hati apakah dia benar-benar ikhlas ingin membantu? karena terkadang ia mengantungkan pesan-pesan yang ada. jujur, aku tidak suka. tapi bukan berarti aku marah.

ada juga orang lain yang bilang padaku, "ini semua takdir, ti..".
of course, ini memang takdir. tapi itu semua cuma ditunjukkin di fb namun berbeda ketika aku butuh di dalam dunia nyata. nyatanya ketika aku bertemu dengannya di kampus, tak ada sapa dan kata-kata yang setidaknya membantuku untuk menjadi kuat. ya.. ku pikir aku sedang butuh afilasi jika di psikologi, terutama orang-orang terdekatku.

tapi, aku akan lebih suka jika mereka bersikap jujur. jika peduli, katakan saja peduli. jika tidak, tinggalkan saja aku snediri dengan masalahku dan aku akan belajar kuat dengan caraku sendiri. karena aku tidak telalu suka dengan kepedulian yang tak penuh.

tapi, tetap saja. logikaku diminta untuk berfikir keras dan bertarung dengan banyak hal. aku mencoba untuk mencari terlebih dahulu bagian mana yang salah dari sikapku dan membuat beberapa perilaku temanku berubah. akupun menemukan bahwa aku sebenarnya adalh orag yang perfeksionis, lebih kurang. aku adlah seseorang yang tidak mampu berempati secara penuh dan kelas kepala dibalik ke plin-plananku.

ya, setidaknya aku berusaha menemukan hukum kausalitas di balik semua hal yang terjadi. bagaimana engkau memperlakukan orang lain, maka begitu juga orang lain akan memperlakukanmu.
mungkin, aku belum cukup kuat untuk membuktikan kepedulianku, oleh karena itu orang lain jug demikian.
mungkin, aku belum bisa secara penuh menunjukkan siapa aku, sebab itu semua orang bingung dengan sikapku.

positif thinking siti... semuanya ada hikmah dan akhirnya..

*ketika aqidah saudaraku semakin menghilang. akupun juga harus disibukkan dengan maslaah yang muncul. Allah, kuatkanlah aku...

Autisme

Autis atau autisme merupakan gangguan perkembangan yang meliputi aspek komunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi, dan sensorik atau penginderaan. Penyandang autisme tampak seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Seseorang digolongkan menderita autis apabila telah didiagnosis melalui proses pemeriksaan para ahli yang dilakukan secara saksama berkaitan dengan gangguan yang dialami.
Dapat dimengerti betapa orangtua serta-merta merasa dunia telah berakhir manakala anak tercintanya didiagnosis sebagai penyandang autisme. Kepercayaan yang melekat pada sebagian kalangan bahwa penderita autis tidak dapat menempuh pendidikan secara reguler semakin menambah porsi perasaan kalut, sedih, dan stres.
Dahulu, autisme dianggap sebagai kelainan seumur hidup yang tak dapat disembuhkan. Saat ini para ahli telah berhasil menyusun tatalaksana terapi autis hingga mencapai kondisi yang hampir-hampir tidak tersisa lagi gejala-gejala autisme.

CIRI – CIRI AUTISME
Gejala-gejala yang tampak pada anak autis berkaitan dengan gangguan perkembangannya. Dalam komunikasi, anak autis mengalami keterlambatan bicara. Ia sulit sekali memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain, bahkan tidak memahami pembicaraan di sekitarnya. Anak autis sering "membeo", mengulang-ulang sebuah kata, serta suka meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti.
Gangguan interaksi memperlihatkan anak autis yang kurang responsif terhadap isyarat sosial. Ia tidak mau menatap mata orang lain, tidak menengok apabila namanya dipanggil, tidak mau bermain dengan teman sebaya, senang menyendiri, tidak mampu menunjukkan perasaannya, tidak spontan, juga tidak mampu berempati.
Anak autis mengalami gangguan perilaku dengan indikasi tampak asyik dengan dunianya sendiri, acuh tak acuh pada lingkungan, berlaku semaunya sendiri karena tidak suka diatur. Ciri lain, perilakunya terarah, seperti berlari-lari tak kenal lelah, berputar-putar, atau berteriak-teriak. Anak autis juga agresif, suka menyakiti diri sendiri, mengamuk yang tak jelas, melamun, sering kali terpukau pada benda yang berputar, lekat dengan benda tertentu dan tak mau melepaskannya.
Ekspresi dari gangguan emosi menampilkan anak autis tiba-tiba tertawa, menangis, atau marah-marah tanpa sebab. Sering merasa sangat ketakutan yang tidak wajar. Emosinya tidak terkendali. Dan sebagai tampilan dari gangguan pada persepsi sensorik, anak autis suka menjilat-jilat atau mencium-cium benda tertentu, menutup telinga ketika mendengar suara dengan nada khusus, namun ia dapat menahan rasa sakit secara fisik.
PENYEMBUHAN AUTISME
Terapi untuk anak autis merupakan perpaduan antara terapi perilaku, medik, nutrisi atau diet, wicara, fisik dan edukasi. Penelitian menemukan anak autis harus melakukan diet khusus karena ternyata penyandang autisme alergi terhadap beberapa jenis bahan makanan, di antaranya tepung-tepungan (mengandung gluten) dan susu hewani.
KESUKARAN BELAJAR
Kesulitan yang dialami anak-anak autism tentunya memberikan pengaruh pada pola pembelajaran mereka. Dimana ketidakmampuan komunikasi, pengaturan sensorik dan motorik serta ketidakstabilan emosi. Semua hal tersebut memberikan kontribusi akan kesulitan yang akan dihadapi oleh anak-anak autis sehingga dibutuhkan pendidikan khusus yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan tertentu yang mereka miliki.
Seorang anak autism tentunya membutuhkan seorang guru yang memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup mengenai anak-anak tersebut serta memiliki pribadi yang sesuai untuk menghadapinya.
Pribadi guru yang diharapkan adalah seseorang yang memiliki kesabaran dan pengertian terhadap anak tersebut. Tanpa adanya rasa sabar yang cukup baik, maka akan sulit untuk bisa membangun hubungan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut.

Rabu, 09 Maret 2011

pemilik durja

pelagu syair rindu membahana
melenakan pengantin dunia
memperindah tahta agung bersemai permadani

langit cipta pemilik durja
menanam lahan berbuah duka
ada ilalang yang menancap tajam
meminta pulau nestapa dalam pangkuan

tanpa titah dari sang perindu
lantas rinai saja semua pinta
menjelma riang pemilik durja

9 Maret 2011

Senin, 07 Maret 2011

Ini Kampungku, Ini Keluargaku

Belakangan ini, aku merindukan suasana kampung halamanku dan ingin sejenak saja berada di sana. menghirup udaranya dan menikmati suara jangkrik dan burung di pagi hari. meskipun aku tahu, kampungku berada di dalam hutan. ^-^

tiba-tiba tanpa sengaja, aku melihat ke folder yang berisi foto -foto di kampungku, samalanga. jadi aku membaginya..^-^

selamat menikmati...

pose di kebun orang dekat sungai, saya yang ambil.. ^-^
berhubung kangen ma keliting, jadi posting juga.. hehe

sempat-sempatnya foto dulu mau panjat pagar.. hihi
jembatan penyebrangan, rani ketakutan..

Minggu, 06 Maret 2011

Anak Gifted


A.     Definisi Gifted
Anak gifted adalah anak yang memiliki keunggulan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang superioritas atau seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Terman yang menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk mengidentifikasikan anak berbakat yaitu IQ 140 (Munandar, 2002). Konsep lain tentang keberbakatan yang sampai sekarang banyak digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat di Indonesia adalah dari Renzulli, dkk (1981). Menurut definisi yang dikemukakan Renzulli yang lebih dikenal dengan “The Three Ring Conception“(dalam Munandar, 2002) anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang terdiri dari: Kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan komitmen terhadap tugas yang tinggi.
Definisi lainnya menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang memiliki kemampuan yang tinggi, kreativitas yang tinggi serta komitmen tugas yang tinggi sehingga perlu untuk benar untuk meningkatkan  kinerjanya dalam bidang apapun.
Meskipun demikian, hingga sampai saat ini belum ada sebuah definisi yang tepat untuk menggambarkan tentang anak gifted tersebut. Hal tersebut terjadi karena keanekaragaman karakteristik anak gifted.
B.      Kesalahpahaman tentang anak gifted/berbakat
Mitos
Fakta
·         Anak gifted secara fisik lemah, tdk dapat berhubungan sosial dengan baik, tidak terlalu peduli dengan kepentingan, dan rentan terhadap ketidakstabilan emosional dan awal penurunan.
·         Anak gifted adalah manusia super.
·         Anak gifted biasanya bosan dengan sekolah dan tidak suka dengan orang yang bertanggung jawab untuk pendidikan mereka.
·         Anak gifted cenderung tidak stabil secara mental.

·         Meskipun ada variasi individu yang besar, kelompok anak gifted cenderung sangat sehat, dapat menyesuaikan diri dengan baik, hubungan sosial yang menarik, dan secara moral bertanggung jawab.
·         Anak gifted bukan manusia super melainkan, mereka adalah manusia yang dianugrahkan hadiah luar biasa di daerah tertentu.
·         Anak gifted biasanya dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk peernya dan gurunya di sekolah.
·         Anak gifted cenderung emosional terhadap orang yang sehat.

Seorang anak dapat menjadi gifted atau tidak dipengaruhi oleh dua faktor dalam hidupnya. Yaitu :
Faktor genetic dan biologis lainnya
Banyak penelitian pengembangan anak yang mendukung pernyataan pada anak-anak bule yang tinggal di Amerika dan Eropa, 50 sampai 75 % dari variasi intelegensi adalah karena faktor genetik.
Faktor lingkungan
Anak-anak berbakat lebih banyak ditemukan di keluarga yang orangtuanya memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan ekonomi tinggi (Terman, 1926). Sebagian orangtua yang memiliki anak gifted memandang positif namun sebagian lainnya memandang negatif (Cornell, 1983,84). 
C.      Karakteristik Anak Gifted
Karakteristik fisik
Anak gifted merupakan kelompok anak yang berbakat yang memiliki keunggulan lebih, baik pada ketinggian, energi dan kesehatan dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Anak gifted rata-rata baik dalam karakter fisik dan mental pada saat mereka berusia beberapa tahun, keuggulan mereka tidak tampak pada awal kelahiran. Selain itu, terdapat hubungan antara IQ dan status sosial ekonomi, Keunggulan fisik pada anak gifted mungkin diakibatkan faktor non-intelektual.
Karakteristik Pendidikan dan karakter pekerjaan
Dalam hal pendidikan anak gifted cenderung memiliki prestasi pada  akademik. Mereka bisa belajar membaca, menulis dengan mudah bahkan sebelum mereka memasuki sekolah.
Dalam dunia pekerjaan anak gifted, menuntut kemampuan intelektual, kreativitas, dan motivasi yang lebih besar dibanding dengan yang lainnya.
Karakteristik Sosial dan Emosional
Anak-anak gifted cenderung bahagia dan disukai oleh rekan-rekan mereka. Secara emosional stabil dan mandiri dan kurang rentan terhadap gangguan neurotik dan psikotik daripada anak-anak rata-rata. Mereka memiliki kepentingan luas dan bervariasi dan menganggap diri mereka dalam hal positif. Penelitian Galbraith (1985) tidak menunjukkan adanya keluhan yang pasti yang terdapat pada anak-anak gifted.
Satu pengertian umum dan terus-menerus, namun keliru, tentang orang-orang gifted, terutama mereka yang unggul dalam seni, adalah bahwa mereka rentan terhadap penyakit mental. Namun, Freud bahkan berteori bahwa seniman berpaling dari dunia nyata dan menuju upaya-upaya kreatif karena konflik tidak sadar. prestasi mereka itu mungkin dilakukan meskipun, bukan karena, gangguan emosi mereka.
Karakteristik Moral dan Ethical
Individu gifted harus dapat melihat lebih cepat atau lebih mendalam daripada rata-rata orang tentang berbagai hal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang gifted menjadi lebih unggul untuk individu rata-rata dalam keprihatinan untuk masalah moral dan etika dan perilaku moral.
Anak-anak berbakat cenderung  peduli dengan konsep-konsep abstrak yang baik dan jahat, benar dan salah, keadilan dan ketidakadilan. mereka cenderung sangat peduli dengan masalah sosial dan cara mereka dapat diselesaikan.
Karakteristik Intelektual-Kognitif
  1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
  2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
  3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
  4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
  5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
  6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
  7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
  8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
  9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
  10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
  11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
  12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
  13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
  14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
  15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
Karakteristik Persepsi/Emosi
  1. Sangat peka perasaannya.
  2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
  3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
  4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
  5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
  6. Pada umumnya introvert.
  7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
  8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
  9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
Karakteristik Motivasi Dan Nilai-Nilai Hidup
  1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
  2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
  3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
  4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
  5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
  6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
  7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
  8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
  9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
Karakteristik Aktifitas
  1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
  2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
  3. Sangat waspada.
  4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
  5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
  6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
  7. Spontanitas yang tinggi.
Karakteristik Relasi Sosial
  1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
  2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
  3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
  4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
  5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.
D.     Gejala-Gejala Yang Sering Dilaporkan Orang Tua
Gejala yang sering disampaikan orang tua pada dokter tumbuh kembang dan dokter sekolah, bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa bahwa ia seorang anak gifted. Namun bisa berupa indikasi kemungkinan si anak adalah anak yang mengalami lompatan perkembangan.
1. Selalu sibuk yang sangat intens.
Kebutuhannya untuk menyibukkan diri pada anak ini lebih intensif bila dibandingkan rata-rata anak seusianya. Ia lebih aktif, dan selalu ingin melakukan segala sesuatu terus menerus.
2. Banyak energi
Sekalipun ia mempunyai aktifitas yang banyak beberapa diantaranya justru kebutuhan tidurnya lebih sedikit daripada anak-anak balita lainnya. Pekerjaan orang tua juga menjadi lebih banyak sehingga orang tua menjadi terlalu lelah.
3. Perkembangan bahasa
Perkembangan ini umumnya berkembang cepat sejak awal. Kadang diikuti dengan bahasa aktif berkembang belakangan (ketertinggalan perkembangan bicara), namun ia akan menyusul ketertinggalan perkembangan itu dengan cepat. Ia mempunyai daftar kata-kata yang banyak, penggunaan kata-kata yang lebih intensif dan menggunakan kata-kata abstrak.
4. Kebutuhan akan pengetahuan
Anak-anak ini selalu ingin tahu, mengingatnya dengan baik, dan menggunakannya secara langsung dan baik. Kebutuhan akan pengetahuan adalah kebutuhan internalnya dan tidak tergantung pada imbalan. Si anak mengambil inisiatif sendiri, bertanya terus menerus dan tidak puas dengan jawaban yang tidak jelas. Kita sudah mengetahui bahwa diusia tiga tahun adalah usia dimana anak selalu bertanya “mengapa”, namun pada anak-anak yang mengalami lompatan perkembangan ini ia akan bertanya tanpa putus-putusnya. Seringkali anak-anak ini membuat pertanyaan baru dari jawaban atas pertanyaan yang lalu.
5. Konsentrasi dan tugas
Anak balita ini dapat secara mandiri intens dan dalam waktu yang lama mengerjakan apa yang dipilihnya.
6. Kearah perfeksionisme
Ia akan selalu mencoba hingga ketrampilan itu dicapainya. Tetapi dapat juga ingin mencapai sesuatu secara perfek tanpa harus melakukan latihan. Dengan cara mengkritik diri sendiri biasanya ketrampilan ini dapat dikuasainya.
7. Kemandirian
Sejak dari usia sangat muda sudah selalu menginginkan mengerjakan sesuatu sendiri. Lebih memilih mencoba tanpa henti-hentinya dan tidak mau menerima bantuan. Dengan cara dimana ia melakukannya sendiri itu, maka pada anak-anak ini akan berkembanglah identitas diri yang kuat.
8. Perhatian terhadap kehidupan
Sejak usia tiga atau empat tahun ia sudah mulai memikirkan tentang kehidupan dan untuk itu ia selalu mengajukan pertanyaan yang dalam. Ia tidak hanya ingin tahu dari mana manusia berasal, tetapi juga kemana mereka kelak perginya. Pemikiran-pemikiran ini sudah muncul sejak anak tersebut masih sangat muda yang sering membawanya pada pemikiran bahwa hidup ini sesungguhnya percuma.
E.      Layanan tambahan untuk anak gifted
Anak- anak gifted membutuhkan layanan tambahan untuk perkembangan dan pengetahuan lainnya melalui studi independent dengan anggota fakultas atau komunitas orang-orang yang memiliki sumber daya. Mereka menemukan ada hal-hala yang dapat menjadi lyanan tambahan bagi anak-anak gifted, antara lain:
·         Kursus mini, kunjungan lapangan, dan seminar khusus yang diselenggarakan.
·         Project khusus seperti majalah ilmiah, radio dan program televisi, pameran, majalah, project pembuatan film.
·         Berpartisipasi di dalam atau diluar program kelompok  dalam sekolah dan organisasi lain.
·         Melewatkan kelas, penempatan dalam kelompok kelas-tingkat lanjut, kursus musim panas (summer courses), pendidikan orang tua dan program perguruan tinggi masyarakat.
·         Program penghargaan, seminar khusus, dan kursus-kursus lainnya.
·         Berpartisipasi di dalam program komunitas/masyarakat seperti workshop seniman, club teater, dan lain-lain.
·         Festival masyarakat, program restorasi, pusat penitipan, dan proyek layanan khusus seperti bantuan untuk penyandang cacat, dan lansia.
·         Magang, dan mentorships dengan komunitas profesional, bisnis, badan pemerintah lokal, museum, dan orang yang memegang posisi kepemimpinan dalam kelompok kepentingan khusus seperti masyarakat sejarah, kelompok lingkungan, tempat pemeliharaan hewan, klub jasa.
·         Konseling individu dan kelompok, pengalaman khusus dalam eksplorasi karir, berkunjung ke kampus perguruan tinggi, dan pengalaman karir dengan orang-orang yang bekerja di area yang menarik perhatian/minat.
Selain itu, terdapat tujuh rencana untuk mengelompokkan siswa dan memodifikasi kurikulum untuk siswa berbakat dan jenius dijelaskan oleh Weiss dan Gallagher (1982) sebagai berikut:
·         Pengayaan di kelas.
·         Program guru konsultan.
·         Ruang sumber daya / program penarikan.
·         Program studi independen.
·         Program mentoring komunitas/masyarakat.
·         Kelas khusus (akselerasi).
·         Sekolah khusus.

F.       Screening dan Identifikasi Anak Gifted
Pengukuran giftedness merupakan sesuatu yang rumit, dasar penentuan adalah pada hasil skor tes dan kemudian dilakukan interpretasi. Tujuan melakukan identifikasi adalah bisa mengetahui lebih awal potensi yang dimiliki dan membuat hal tersebut unik dan bisa bermanfaat untuk komunitas.
Keefektifan Dan Efesiensi Dari Teknik Screening
Keefektifan adalah kelayakan dari penempatan anak – anak pada suatu program khusus untuk siswa gifted, kelayakan ini dilihat dari penentuan dan penilaian guru kelas regular dan guru program khusus.
Selain itu, Efesiensi didefenisikan:
1.      Jumlah waktu dalam hal staf profesional dan administrasi / jam yang dikhususkan untuk kegiatan identifikasi.
2.      Biaya dalam dolar untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Selain itu, Renzulli dan Delcourt (1986) menyebutkan kriteria yang telah digunakan dalam mengidentifikasi siswa berbakat ada beberapa, yaitu:
1.      Uji skor.
2.      Penguasaan akademik dalam domain tertentu (misalnya matematika).
3.      Produktivitas kreatif dalam domain specifid atau daerah interdisipliner, dengan produk yang dinilai dengan penilaian guru dan minat siswa dan kemauan untuk maju mengejar tindak lanjut kegiatan.
4.      Jangka panjang produktivitas kreatif (kriteria utama, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang berbakat hanya setelah fakta kinerja mereka).

Mengukur Kreativitas
Petrosko (1978) mencatat, mengukur kreativitas menyajikan dan menantang paradoks merancang cara terstandar menangkap suatu produk tidak standar perilaku.
Treffinger (1986), Kita harus mengakui kreativitas yang merupakan salah satu yang paling kompleks fungsi manusia, maka tidak realistis untuk mengharapkan bahwa ada akan pernah (atau yang harus ada) tunggal, mudah dikelola, hanya mencetak buklet tes yang pendidik dapat digunakan untuk memutuskan siapa yang setidaknya satu standar deviasi di atas siswa lain di kreativitas.
Mari kita lihat lebih dekat versus argumen pendidikan khusus untuk siswa berbakat dan berbakat yang telah dikemukakan oleh Baer (1980), Myers dan Ridl (1981), dan Sapon-Shevin (1984). Perhatikan bahwa argumen yang sama dapat digunakan juga pada pendidikan khusus untuk anak-anak cacat.
1.      Anak-anak tidak dapat diidentifikasi dengan keandalan yang besar (bandingkan difficulities di identiying ED, LD, dan mahasiswa EMR).
2.      Lebih banyak anak diidentifikasi dalam beberapa kelas sosial atau kelompok etnis dari pada orang lain.
3.      Mengidentifikasi anak-anak menerima sumber daya pendidikan khusus yang lainnya tidak meskipun banyak siswa yang tidak bisa diidentifikasi mendapat keuntungan dari sumber-sumber yang sama.
4.      Siswa mungkin memiliki kebutuhan khusus di satu daerah tetapi tidak dalam yang lain, atau pada satu waktu, tetapi tidak pada yang lain.
5.      Siswa yang teridentifikasi terpisah dari rekan-rekan mereka dalam diri yang mungkin menstigmatisasi mereka.
Alasan Penyediaan Special Education Bagi Anak Gifted
Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan dimana hal tersebut akan sangat berguna untuk aktualisasi potensi-potensi luar biasa yang ada pada diri mereka dan juga dalam berkontribusi dengan lingkungan sosial
Anak gifted adalah human resource yang harus diberdayakan karena mereka dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial di masa depan
G.     Karakteristik Guru Bagi Anak Gifted
Berikut ini terdapat beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk anak gifted, diantaranya:
·         Memahami, menerima, menyadari, percaya, dan menyukai keunikan pribadi
·         Sensitif terhadap lingkungan
·         Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam kapasitas intelektual, budaya, serta tertarik pada bidang sastra
·         Fleksibel dalam menerima wawasan baru.
·         Fleksibel dalam menangani perbedaan individu (individual diferrences)
·         Demokratif
·         Inovatif
·         Mempunyai kemampuan problem solving yang baik
·         Mampu menerima kreativitas dan imajinasi
·         Memberikan feedback dengan menstimulasi proses mental

H.     Memanajemen Anak Gifted di Sekolah
·         Guru harus melakukan review secara periodik dalam upaya melihat individual differences pada anak gifted.
·         Guru harus menganalisis dan menyesuaikan pendidikan yang cocok untuk anak gifted.
·         Guru harus mampu mencari sumber daya yang ada di sekolah ataupun di masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan bagi anak gifted.
·         Guru harus mendukung pengembangan program khusus bagi anak gifted.




Daftar Pustaka
Hallohan, D and Kaufman, J. 1998. Exceptional Children Introduce to Special Education (ed: 8). New York : Needham Heights.
Zikrayati, dkk. 2005. Hubungan Antara Keterampilan Sosial Dan Stres Pada Anak Berbakat. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Total Pageviews