rel='shortcut icon'/>

Senin, 21 November 2011

Aku Bertemu dengan Wanita Bercadar, Habibah Namanya

Teman, sedikit ingin bercerita tentang wanita yang bercadar yang beberapa hari yang lalu aku temui dan sempat berbicara panjang dengannya. kebetulan waktu itu, aku dan teman-temanku memutuskan untuk kembali ke Malaysia untuk melanjutkan studi kami. Saat itu, kursi di dalam pesawat satu persatu mulai terisi dan saat itu kursi di sampingku kosong. lalu, tiba-tiba datang seorang wanita yang bercadar bersama suaminya kemudian wanita itupun duduk di sisiku.



Ketika itu, tiba-tiba aku menjadi begitu bersemangat untuk tidak tertidur di dalam pesawat. Hal itu disebabkan hampir selalu jika dalam berkendaraan aku akan tertidur, kecuali di atas kereta.

Layaknya seseorang yang baru menemui teman baru, aku langsung saja memberikan senyum yang termanis yang aku punya untuk wanita itu dan memberikan salam kepadanya. wanita itupun menjawabnya dan duduk di posisinya. Tak lama kemudian, pesawatpun mulai menerbangkan sayapnya. aku duduk di tengah saat itu. jika ingin melihat ke arah luar jendela akan sulit dan mengajak ngobrol wanita itu, sedikit merasa ragu. namun ternyata, keberanian dan penasara llebih besar daripada ketakutanku. akupun mulai menyapa ibu itu, yang bercadar.

aku : ibu mau kemana?
ibu  : ibu mau ke KL, adek ini kuliah?
aku : iya bu, tapi gak di KL di peraknya. Ibu ngapain ke KL?
ibu  : ibu mau berobat di sana, kemarin itu, 3 bulan yg lalu, ibu operasi di sana dan sekarang harus check up lagi.
aku : oh.. iya bu..

lalu, sesaat akupun diam dan tidak berbicara lagi. lalu sesekali berbicara dengan kawanku yang kebetulan duduk di samping jendela. aku dan temanku membicarakan tentang bidadari langit ke tujuh, entahlah.. aku juga tidak mengerti mengapa kami bisa membicarakan hal itu. ya, it isn't important. lalu, tiba-tiba wanita itu memanggilku.

ibu : dek.. mahasiswa kan?! punya majmu' syarif kan?!

akupun mengangguk dan mengiyakan, lalu ia memberikan sebuah surat yang terdapat di dalamnya dan memberitahukan fadhilah membaca surat itu. aku memilih mengiyakan dan mengulang kata-katanya saja. rasanya tidak terlalu sopan jika memotong pembicaraannya dan lebih baik mendengarkannya.

ternyata pembicaraan tidak hanay sampai di situ. awalnya aku ditanya tentang bagaimana remaja sekarang di kampusku, lalu berlanjut dengan pandangannya tentang wanita di Aceh sekarang. tentang bagaimana perilaku, tata krama, dan pakaian wanita Aceh yang tidak lagi mencerminkan seorang wanita muslimah. ia terus menyayangkan kenapa wanita bisa seperti itu. jika di katakan itu faktor sosial, baginya keluargalah yang menjadi faktor pertama mendidik seorang anak. hingga akhirnya ia menceritakan tentang anak-anaknya yang tetap berjilbab keluar rumah padahal mereka masih SD.

berlanjut lagi, tentang mahasiswa, aku mengatakan bahwa di kampusku juga ada beberapa orang wanita yang memakai cadar kuliah, bahkan ada pula yang dosen yang juga menggunakan cadar. wanita sempat sedikit terkejut dan trus menanyakan tentang itu dan mensyukuri hal tersebut.

ibu : bagus lah.. islam itu tidak boleh membeda-bedakan perlakuan kepada orang lain

banyak hal yang aku bicarak dengan wanita itu, hingga aku mengatakan tentang saudaraku yang juga bercadar dan mereka juga nyaman dengannya. tapi, ada hal lain yang mengelitikku. aku sangat penasaran dengan cadarnya. lalu aku bertanya padanya.

aku : sejak kapan pakai cadar ibu?

ibu : baru beberapa tahun ini, nikah dengan bapak udah lumayan lama, awalnya gak pakai karena masih risih di anggap beda dengan orang lain.tapi setelah lama-lama ibu lihat kenapa harus malu, orang yang asing saja tidak malu dengan pakaian mereka yang terbuka, kenapa ibu harus malu. bahkan kadang-kadang ibu juga memakai penutup satu lagi selain cadar ini kalau pergi ramai-ramai dengan jamaah.

aku mengiyakan jawabannya dan kemudian baru tahu bahwa sebenarnya ia ke sana karena memiliki masalah dengan ovariumnya. hingga indung telurnya harus diangkat keduanya karena sakit yang ia derita. ketika ia menceritakan itu, tampak kesedihan dari matanya. bukan air mata, tapi gerakan bola matanya yang mulai tidak melihat ke arahku. sungguh, Allah sebenarnya begitu dekat dengan hamba-Nya.

banyak hal lainnya yang terjadi selama di pesawat itu, aku tahu nama wanita bercadar itu, dimana ia tinggal dan asalnya dari medan. wanita itu juga mengatakan bahwa suaminya adalah orang aceh. ia juga mengatakn bahwa Ihkwah-nya dari jamaah itu sangat dekat, bahkan ia sudah pernah ke pakistan, irak, dll dengan jamaahnya. tapi bukan untuk jalan-jalan namun untuk urusan lainnya.

hal lain yang juga aku bicarakan dengan wanita itu adalah ketika ia menjelaskan padaku tentnag wanita yang dalam jamaahnya. bagaimana perilakunya, keharusannya dan hak-hak wanita muslim. aku mendengarkan dan merekamnya dakam kepalaku. salah satunya keberadaan muhrim dalam kegiatan apapun dalam jamaah mereka diwajibkan bagi wanita yang ingin keluar dari rumah.

jujur, aku salut dengan wanita itu. dia mampu menceritakan apapun yang aku mau tahu tentang mereka dengan lugas dan tegas dan tidak ditutupi. Ia mampu menceritakan tentang pandangannya tentang wanita juga tidak dengan perasaan ragu-ragu. sepertinya wanita itu adalah orang yang pintar.

hingga akhirnya, kamipun sesekali tertawa di dalam pesawat dan memakan coklat yang aku bawa dalam pesawat. awalnya dia bertanya bukannya tidak boleh membawa makanan ke dalam pesawat. akupun menjawab tidak boleh, tapi aku lapar dan terpaksa harus mengganjal perutku dengan coklat itu. dan cerita lainnya yang membuat aku dan wanita itu saling mengomentari menu di pesawat hingga tertawa di tengah-tengah keheningan penumpang dan malam yang tiba.

ketika tiba di malaysia. kamipun menghentikan pembicaraan itu dan berpisah.

satu hal yang aku juga masih ingat adalah, kata-katanya yang mengatakan : "nyaman sekali menggunakan cadar ini, bagus perempuan itu bercadar". dan akupun hanya tersenyum.

ya, itu hanya sepenggal ceritaku tentang wanita bercadar. sedikit memberikan informasi bahwa sebenarnya mereka adalah orang-orang yang ramah. karena beliau adalah orang yang kesekian kalinya aku temui dengan cadarnya. aku menikmati pengalaman itu.

intinya adalah, berbahagialah menjadi wanita muslim dan hijabmu... :)

hmmm.... aku berharap di waktu lain bisa bertemu dengan wanita itu lagi... :)

terima kasih sudah membaca.

17/11/2011

2 komentar:

  1. masya allah nemu satu lagi ukhti bercadar, memang benar cadar itu nyaman aman sekali dan makin cantik insya allah :)

    BalasHapus

Total Pageviews