rel='shortcut icon'/>

Selasa, 05 April 2011

Ketika Masalah Menghimpit

Ok, baiklah.. belakangan ini aku mengaku ada yang berubah dariku. sifatku semakin bertambah egois dan anti sosial kupikir. aku malah tidak sensitif dengan teman-temanku dan bertindak semua gue, tanpa pernah berfikir apa yang dipikirkan oleh mereka dan orang lain.

Ya, jujur. keadaan seperti ini membuatku sangat tidak nyaman dan terkadang merasa bersalah. belum lagi dengan ditambah oleh masalah baru penyakit baru yang muncul dalam diriku. pelupa.

Menyebalkan sekali rasanya ketika tahu aku menjadi seseorang yang pelupa dan tulalit jika teman-teman berbicara padaku. memang sih, awalanya mereka juga tertawa melihat tingkahku bahkan memberikan kata-kata yang mantra mandraguna yang always dipakai setiap orang namun haram hukumnya di psikologi.

"Sabar ya, siti", sambil tersenyum dan beberapa mengelus kepalaku. (-_-")

*********

walaupun demikian, bukan itu yang ingin aku ceritakan. aku ingin bercerita tentang dua orang temanku yang memiliki masalah dan uring-uringan.
Teman 1
Malam itu, aku memutuskan untuk sedikit memberikan ruang kosong untukku di tengah-tengah kesibukan yang menggila dengan laporan praktikum dan berbagai macam tugas yang harus aku kumpulkan di kampus. tiba-tiba seorang temanku menelpon, lalu:
"siti, .... aku gak kuat," dah tiba-tiba tangisannya meledak. ia menangis sejadi-jadinya tanpa pintaku dan akupun hanya diam sambil mendengarkan tangisannya. sesekali aku memilih bertanya padanya kenapa ia menangis, namun ia hanya menangis dan lalu berkata, "lebih baik aku mati saja, siti", katanya ditengah isak tangisnya, akupun tersentak kaget dan terdiam sesaat.

Hm... ini yang ketika kalinya ia mengatakan kata-kata lebih baik mati....

Lalu aku tetap saja memilih untuk diam dan memperhatikan nada suaranya sambil sesekali memintanya untuk istigfar dan sedikit terapi kognitif. aku juga memintanya untuk menangis terus dan aku berkata bahwa aku akan mendengarkannya hingga pada akhirnya kondisinya kembali pulih, akupun memintanya untuk shalat dan berdo'a pada Allah. akupun memintanya untuk bercerita dalam do'anya semuanya pada-Nya dan iapun menutup telpon itu setelah cukup lama menangis.
 
Teman 2
Dia berjalan ke arahku dengan wajah yang cemberut dan tidak bersemangat. hanya memandangiku dengan diam dan tidak berkata apapun. aku tahu, belakangan ini dia memiliki masalah dalam keluarganya terlebih dengan saudara perempuannya, yang membuatnya harus mengungsi ke rumah temanku yang lainnya. lalu,
hari-harinya hanya diisi oleh tama dan senyum yang hamabr sambil sesekali berkata, "aku lagi pusing ni..."

Suatu ketika akupun mendekatinya dan bertanya tentnag masalah apa yang ia hadapi. setidaknya ia bisa menjadi sedikit lega, harapanku karena kondisinya kini sudah cukup lama dalam keadaan yang sama. tapi, dia berkata, "ah... siti ni, sekarang kan udah sibuk sendiri, ngapain peduli ma kondisi saya", kata-kata itu membuatku terdiam sesaat dan akupun pergi berlalu sambil meninggalkannya dan tidak pernah bertanya lagi tentang kondisinya. hm.. sebenarnya, aku juga melihat perubahan sikapnya belakangan ini, ia semakin kasar dalam berbicara. aku takut dia akan mengalami kondisi yang seperti dulu.

********
Yaaaahh... itu hanya sepenggal cerit tentang dua orang temanku yang melalui hidupnya dalam cerit mereka sendiri. bagiku tak jadi masalah mereka tidak bercerita padaku tentang apa yang mereka rasakan terlebih tentang teriakan hati mereka. setidaknya aku hanya ingin mereka menghadapi kondisi mereka, bukan membiarkannya berlarut-larut dan terjepit.

Aku tahu, bahwa tidak ada satupun masalah yang indah, terlebih lagi membuatmu bahagia. aku tahu masalah itu membuatku dan kamu menjadi semakin kecil, diam dan tidak mampu berjalan. karena saat inipun, aku masih bertarung dengna kondisi psikis dalam diriku sendiri.
Tapi, setahuku, masalah itu datang dan pergi. ia muncul dan berkembang dengan sejauh mana kita memahaminya dan menerimanya. masalah itu muncul dari bagaimana kita menyingkapinya dan bertemu dengan sosial. jika dalam psikologi, kami mengenalnya sebagai sebuah situasi yang memberikan kesempatan pada kita untuk menginterpretasikan diri secara pola pikir.
 
Setahuku juga, agama Islam mengenalkan konsep bahwa maslaah muncul dan kita diminta untuk bersabar dan berdo'a, QS. Al-Baqarah ayat 45. Lalu, aku juga pernah mendengar QS. Al-Baqarah ayat 286 bahwa Allah tidak akan membebani dirinya kecuali sesuai dengan kesanggupannya.

Cukup hanya itu yang aku pegang ketika aku ditimpa oleh masalah yang membuatku semakin kecil dan tertekan. sambil sesekali aku juga mengkatarsis diriku dalam tangisanku dan bercerita segalanya dengan teman-temanku, Ibu dan Tuhanku, Allah.

karena, setahuku... kita ini hidup butuh orang lain dan memberikan energi kita kepada orang lain. sehingga akupun memilih untuk berbagi ketimbang harus diam atau hanya sekedar menangisi keadaanku. lalu akupun bergegas membereskan masalahku.

*****
Kadang merasa masalah itu datang, Lalu ia menghimpit, membuat kita kecil dan meringkuh terduduk letih dan membisu. atau mungkin membuat kita tak mampu berjalan ataupun hanya merangkak. bahkan tubuh ini sakit. 

Maka bergegaslah untuk bangun dan tariklah nafasmu dalam-dalam, hingga seluruh sendi tubuhmu kembali bergerak. katakan pada diri... sendiri bahwa "Aku mampu! Aku bisa. Aku lebih besar dari masalahku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews